Mengikuti sebuah pelatihan karya tulis ilmiah adalah hal yang tidak disangka sebelumnya. Dalam artian, sungguh ini hanya kebetulan saja dan tidak direncanakan untuk mengikutinya sebelumnya. Hal yang pertama mendasari saya untuk mengikuti pelatihan karya tulis ilmiah ini adalah karena diajak oleh Sumama spontan saja mau mengikuti pelatihan tersebut apalagi terdengar berita di telinga saya bahwa di Club Menulis IAIN Pontianak ini akan dilaksanakan tes untuk mencari mahasiswa yang bisa menulis karya ilmiah dan akan di ikut lombakan di kota Palu Sulawesi tengah nanti. Dengan akan dilaksanakan tes pioner di Palu nanti, maka ramailah para anggotan Club Menulis ini mengikuti pelatihan karya tulis ilmiah tersebut. Sebelum dilaksanakan tes pioner, terlebih dahulu dilaksanakan pelatihan tadi.
Mengawali
penulisan spesial momen ini ada hal-hal yang ingin saya sampaikan. Pertama,
izinkanlah saya untuk mengungkapkan rasa penyesalan kepada Club Menulis. Menyesal
bukan berarti karena masuk di Club Menulis tapi penyesalan itu kenapa tidak
dari dulu ketika saat pertama masuk di IAIN. Kedua, walaupun sudah lama tahu
tentang Club Menulis, tapi tidak semerta merta saya mau ikut bergabung di Club
ini. Tahu dari beberapa media koran lokal yang sering memberitakan tentang Club
Menulis ini, dimana pada lembaga ini mempunyai semangat dalam mengampanyekan
kepenulisan.
Mempunyai
hobi membaca dari SD tidaklah membuat ku begitu mudah tertarik kepada dunia
kepenulisan. Apalagi menjadi seorang penulis. Pokoknya asal membaca buku apa
saja pasti ku lahap dengan beringas. Namun, hasrat untuk menjadi penulis itu
ketika saat masih duduk di kelas dua SMA. Ya, memang pada saat itu, selama
ketika masih sekolah niat untuk menjadi seorang penulis sangatlah besar.
Berawal
dari kabar dari kepala sekolah tempatku belajar. Ibu kepala sekolah berkata
pada saat sesi apelan pagi untuk semua murid setiap paginya. Beliau memberikan
informasi bahwa ada seminar atau semacam launching buku. Besok minggu pagi jam
delapan di hotel Aston Pontianak. Spontan dalam hati ingin saja ikut dalam
seminar tersebut. Akhirnya niat untuk menyaksikan seminar tersebut terwujud.
Singkat
cerita, dipagi harinya di hotel Aston Pontianak. Ramai anak-anak para remaja
yang ternyata seusiaan dengan saya datang mengikuti seminar tersebut.
Pendaftaran yang hanya dikenakan biaya Rp 25 ribu saja dengan diberi bonus satu
buah buku. Buku itu berjudul The Magic of
reading. Sebuah buku yang begitu menginspirasi. Apalagi saya orangnya
memang suka membaca. Sungguh semakin senang bila mendapatkan buku baru. Seminar
tersebut mengisayaratkan bahwa pentingnya dalam sebuah pembelajaran. Membaca
adalah hal yang sangat penting. Dengan membaca kita bisa menikmati berbagai
macam keindahan alam dan kehidupan sosial pada masa lalu maupun peristiwa masa
kini yang selalu up date. Maka dari itulah, dari membaca maka hendaknya ditulis
hingga saat itulah niat untuk menulis dimulai.
Masih
duduk dibangku sekolah menengah atas saya sudah mengetahui Club ini. Sebab saya
biasa menyempatkan diri untuk melihat pameran buku-buku yang ditulis oleh anggota
Club ini. Sambil mencari bagaimana cara untuk membuat sebuah tulisan kita yang
bisa dibukukan. Mencari kemana-kemiri tak juga diketemukan. Sungguh kebingungan
yang tiada tara. Dalam hal ini, belumlah menemukan tempat yang pas dalam
membantu untuk saling menulis. Saling memberi semangat dan motivasi demi terwujudnya
insan yang akademis.
Ternyata
semua itu kutemukan disini. Disinilah wadah untuk mencurahkan hasil pemikiran
saya supaya bisa dijadikan sebuah buku. Benar kata orang lain, jika ingin
menjadi seorang penulis maka dekat-dekatlah dengan penulis dan jika ingin
menulis maka perbanyak-banyaklah membaca buku karena penulis yang baik itu
adalah pembaca yang baik pula.
Tahun
2014 lah niat untuk bergabung semakin menggebuh-gebuh dan semangat itu kian
membara walaupun pada saat pendaftarannya tidak disediakan yang namanya stand
pendaftaran dimana kita sendiri yang harus berusaha sendiri mencari tahu dan
informasi yang disediakan pada papan pengumuman di kampus. Sesuatu yang
merepotkan tapi begitu mengesankan bila diingat. Mencari-cari dimana tempatnya
dan dimana mengambil formulir serta harus dikumpulkan dimana formulir itu. Dan
tak pernah saya lupakan adalah pada waktu itu, penasaran saja bagaimana caranya
dalam percetakan buku. Ya saya ingin tahu bagaimana caranya proses percetakan
buku itu bagaimana. Barulah disini sudah lumayan tahu bagaimana cara percetakan
buku itu bagaimana.
Sebab,
karena Club inilah saya benar-benar merasakan ada hal yang berbeda. Tapi kini saya
sudah merasakan manfaat dari menulis itu apalagi setelah mengikti pelatihan
karya tulis ilmiah. Bayangkan, saya sudah masuk semester lima tapi belum tahu
membuat tulisan makalah yang tepat. Dan tepatnya datang setelah bergabung di
Club Menulis. Inilah cerita ringkas ketika mengikuti pelatihan karya tulis
ilmiah ataupun ketika sedang mengikuti seleksi bakal mengikuti ke Palu nanti.
Untuk
dapat menjadi penulis yang produktif, giat berlatih adalah kunci utamanya.
Semakin terlatih seseorang dalam menulis, maka akan semakin lancar dan
produktif ia dalam berkarya. Menulis juga harus memiliki visi dan misi. Tujuan
menulis yang dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya adalah hal yang
begitu mulia. Benar-benar diajarin bagaimana cara menulis yang baik dan
bermanfaat.
Apalah
artinya bila memiliki ide dan gagasan yang besar bila tak ada orang yang tahu
dengan ide dan gagasan tersebut. Cara yang bisa dilakukan untuk menyampaikan
ide dan gagasan itu bisa melalui tulisan karena tulisan akan tetap terjaga
selama kita tetap menjaga tulisan itu. Menulis adalah pekerjaan abadi. Jika
ingin abadi maka teruslah menulis.Dalam sebuah rencana memang harus kita pikirkan
matang-matang. Dan itu memang adalah sebuah kenyataan yang harus dijalani dan inilah
awal dari sebuah rencana dan dalam itu semua adalah memang pernah dipikirkan
dalam sebuah rencanaku kedepannya. Pada saat pertama kali mengikuti pelatihan
kepenulisan karya ilmiah adalah yang dipikirkan saat itu adalah bagaimana cara
membuat dan menulis makalah dengan baik dan benar, itu saja. Sebenarnya dalam
hati terbesit penyesalan yang begitu dan tak mungkin bisa diungkapkan pada
tulisan ini.
Mengikuti
pelatihan karya tulis ilmiah adalah pengalaman yang begitu berharga bagiku
dikarenakan langsung dibimbing oleh pembimbing yang yang berkompeten. Bayangkan
saja, saya sudah semester lima tapi belum bisa untuk bagaimana cara menulis
makalah, mengutif buku yang benar dan cara kepenulisan yang benar itu bagaimana
dan setelah beberapa pekan mengikuti pelatihan ini. Dan alhamdulillah manfaat
yang dirasa begitu besar dimana kita ddigenjot secara sungguh-sungguh untuk
membuuat makalah hanya dalam beberapa 6-7 jam. Membayangkannya saja tidak mungkin,
tapi itulah kenyataannya.Selama ini saya berpikir menulis makalah itu butuh
beberapa minggu untuk menyelasaikannya
tapi kini bayangkan, hanya beberapa jam saja sudah mampu membuat makalah.
Mungkin kalau saya tidak masuk di Club Menulis saya bakalan belum mendapat
tentang bagaimana menulis makalah yang baik dan benar itu bagaimana.
Apalagi
selama studi pada jurusan Ekonomi Islam tidak ada yang namanya mata kuliah
Karya Tulis Ilmiah. Adapun tapi itu hanya sebatas matrikulasi yang berkisar
hanya tiga bulanan saja tapi saya rasa itu kurang efektif dimana saya belum
menemukan pengajar yang tepat untuk saya. Ya, sunggguh belum paham apa yang
diajarkan pada saat matrikulasi itu. Belum lagi ditambah dosennya yang juga
terkadang tidak masuk kelas. Dengan tidak membanding-bandingkan dosen, dengan
Pak Yus lah saya baru bisa memahami semua itu. Tak lupa ucapan terimakasih
kepada Sumama, si mentor Dhilla dan kawan-kawan di Club Menulis terimakasih
untuk sebuah suport dan motivasinya.
Dan
hal yang begitu mengesankan adalah kita dipacu untuk terus bagaimana
mengembangkan cara berpikir dan nalar kepenulisan kita. Dan itu saya rasakan
betul, betapa hebatnya sebuah pelatihan ini. Sebuah resolusi tentang bagaimana
menulis yang baik dan benar sudah saya dapatkan dan disinilah tempatnya. Dari
kebersamaan yang begitu mengesankan baik yang dari mengikuti pelatihan karya
ilmiah maupun yamg lagi sedang mengikuti seleksi yang bakal ke Palu nanti
merupakan sebuah cara yang efektig untuk menuai rasa kebersamaan antar sesama
teman-teman. Adalah hal yang begitu menarik apabila kita tetap bisa dan
membudayakan kepenulisan. Menulis bukan hanya sekedar hobi tapi menulis adalah
sebuah gaya hidup dan kebutuhan yang harus ada dalam diri insan yang cinta
terhadap dunia kepenulisan. Itulah yang harus dimiliki oleh insan yang hobi
menulis.
Ketika
pertama kali mendaftar gabung di Club saya merasa bingung dengan panitia
penerimaan anggota baru di Club Menulis ini, dimana yang tersedia hanya poster
yang bertulis penerimaan saja namun tidak ada stand atau tempat khusus
mendaftar. Kita hanya disuruh daftar lewat sms kemudian diminta untuk mengambil
sendiri formulir pendaftarannya. Bukan itu saja, tapi untuk mencari formulirnya
ketika saya harus melalui dari beberapa orang baru kemudian saya dapatkan
formulir pendaftarannya.
Banyak
juga ternyata yang bergabung di Club Menulis tahun ini tidak terkecuali anak
semester lima Ekonomi Islam dan yang paling terbanyak adalah mereka teman
sekelasan saya. Ternyata mereka diam-diam masuk juga. Saya pikir, hanya saya
saja sendiri dari semester lima. Dan ternyata ada juga anak Ekonomi Islam dari
kelas lain yang satu angkatan dengan juga.
Hari
demi hari dijalani dan aku selalu aktif mengikuti setiap kegiatan di Club. Buat
buku bersama ada walaupun masih satu, dan sekarang lagi menyelesaikan buku
pribadi, tulisan pendek yang menceritakan tentang kampung ku sendiri yang
bernama Sepok Laut. Menulis adalah hobi ketika masih duduk dibangku sekolah
menengah atas dulu. Dan kini wadah untuk menyalurkan hobi itu sudah ada.
Tinggal saya saja yang bagaimana untuk memanfaatkan segala fasilitas yang ada. Ternyata
menulis begitu mengasyikan juga walaupun beberapa tulisan saya banyak belum
dipahami oleh orang yang membacanya namun akan saya coba untuk tetap selalu
berusaha bagaimana cara menghasilkan tulisan yang enak dibaca dan bermanfaat bagi
orang.
Menulis
adalah sebuah seni. Untuk itu, perlu nya sebuah tulisan sebagai pengingat
kisah-kisah kita dan cerita-cerita tentang kehidupan ini. Banyak para Nabi dan
Rasul maupun para filsuf-filsuf yang namanya masih abadi hingga saat ini dan
masih dikenang dengan kemahiran dan keterampilannya karena karyanya yang masih
dikenang itu karena melalui sebuah tulisan. Pun tokoh agama, pejuang-pejuang
zaman dahulu mereka masih bisa kita ketahui olehnya sebuah tulisan yang selalu
mengabadikan keberadaan mereka semua. Bahkan ada yang berkata menulis adalah
bekerja untuk keabadian. Tulisan kan mampu menembus waktu dan ruang dan bisa
dibaca kapan dan dimanapun orang berada walaupun yang menulis telah tiada namun
pemikirannya masih bisa dilihat dan dibaca oleh semua orang.
Berbeda
dengan niat yang ternyata ingin cepat-cepat menyelesaikan kuliah. Kuliah kelar
namun tak ada karya yang cukup dibanggakan tentu akan sangat sayang sekali.
Dimana kita diciptakan dengan berbagai macam potensi yang ada namun tidak
dioptimalkan dengan sebaik mungkin maka semua itu akan sia-sia.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda