Jumat, 20 November 2015

Filosopi Nelayan


Layaknya sebuah rombongan nelayan dalam satu kapal. Seperti biasa mencari apa yang dicari. Siang dan malam silih berganti. Jika musim memungkinkan, maka banyaklah yang di dapati. Tapi jika cuaca tak mendukung, sungguh bersiaplah dengan kehampaan. 
 
Sudah pasti jika cuaca buruk akan sulit untuk melaut. Alhasil, tangkapan pun, tak kan di dapati. Tapi perlu bersyukur dari hidup sebagai nelayan. Dimana kita diajari bagaimana menjadi sabar. Ya, sabar yang sesabarnya. Sebab di laut adalah bagaikan mencari benda raib. Syukur-syukur hasilnya berlimpah, jika sedang musim ikan atau udang. Namun jika sebaliknya. Apa mau kata? Sabar menanti musim ikan dan udang yang berlimpah di laut.

 
Nelayan sangat tahu kondisi saat ikan ada dan tidak. Kenapa saya katakan begitu? Sebab saya merasakan bagaimana menjadi seorang nelayan. Kita sudah mengetahui bagaimana keadaan alam. Seperti ingin mengatahui tempat-tempat ikan dan udang yang banyak.




Ya, saya contohkan jika ingin mukat di laut saja. Sebelum memasang pukat tersebut, terlebih dahulu, kita melihat kedalaman air, cuaca, warna air hingga keadaan arus. Jika memungkinkan, maka di pasang disitulah pukat tersebut.

Air laut yang tidak berwarna terang-terangan dan kedalaman sekitar lima sampai sepuluh meter, di dukung dengan cuaca yang tidak buruk, serta keadaan arus yang tidak terlalu kencang, dalam artian sedang-sedang saja. Maka bolehlah memasang pukat disini. Dalam artian, bisa diprediksi pendapatan ikannya. Namun ini tidak bisa menjamin, karena sekali lagi saya katakan, bahwa di laut adalah benda raib.

Pukat ini memasangnya bukan ditengah lautan yang luas, namun di tepian pantai yang mendekati pertengahan laut. Namun, jika ingin mencari yang lebih, bisa ditengah lautan yang luas. Ikan besar, akan di dapati bila kita mencarinya ditengah laut.

Berbicara tentang mencari ikan ditengah laut, itu tak lepas dari pantang menyerahnya seorang nelayan, nelayan diajarkan untuk tidak menyerah dengan keadaan. Terus mencari dan mencari hingga di dapati apa yang dicari. Jika hari ini belum maksimal apa yang dicari, maka akan ada harapan di hari esoknya. Sebab mau tidak mau, haruslah dilalui. Karena laut adalah kehidupan bagi masyarakat yang berdiam di daerah pesisir.

Dari sini, saya berkesimpulan bahwa, kita bisa mengambil filosopi dari para nelayan, bahwa untuk mendapatkan yang kita ingini, pertama perlu keuletan dan kesabaran dalam tanda kutip. Kedua, kita bisa memprediksi keadaan. Ketiga, kita tahu pekerjaan kita hari ini, esok dan nanti. Keempat, jangan pernah menyerah karena harapan bukan di musim ini saja, tapi siapa tahu besok musim baik. Akan ada ikan-ikan berlimpah di laut, yang siap kita dapati. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan kesempatannya.

Tak perlulah bersedih dengan apa yang kita dapati hari ini. Toh, barangkali ini bukan musim ikan dan udang yang berlimpah. Tetap berjuang dengan apa yang dicari, karena itu semua pasti kan ada jalannya. Siapa tahu esok adalah musim pengharapan kita (ikan dan udang). Maka selagi itu kesempatan kejarlah, karena musim yang baik ini siapa tahu tidak akan datang lagi menyapa kita.

Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda