Hidup di daerah
pesisir adalah sebuah tantangan. Apalagi daerahnya jauh dari perkotaan. Apapun yang
kita ingini, haruslah dibeli dari luar. Boleh jadi apa yang kita perlukan ada,
namun jika tidak ada, maka solusi mencari sesuatu yang kita ingini adalah dari
luar daerah kita tersebut.
Saya menyaksikan
sendiri bagaimana hidup di daerah yang jauh dari kota. Meskipun begitu, bukan
berarti orang kampung itu tidak tahu apa-apa. Justru banyak yang pintar-pintar.
Alasan mereka bisa pintar karena, makanan yang di konsumsi oleh orang-orang
pesisir adalah ikan-ikan hasil tangkapan di laut, yang tentu ikannya masih
segar semua.
Tentu kalian sudah tahu tentang daerah Sepok Laut. Ya, desa Sepok Laut Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, provinsi Kalimantan Barat. Daerah ini merupakan daerah yang berbasis pesisir. Jadi, alhamdulillah disini masih banyak ikan-ikan segar yang di dapatin oleh para nelayan di daerah ini.
Tentu kalian sudah tahu tentang daerah Sepok Laut. Ya, desa Sepok Laut Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, provinsi Kalimantan Barat. Daerah ini merupakan daerah yang berbasis pesisir. Jadi, alhamdulillah disini masih banyak ikan-ikan segar yang di dapatin oleh para nelayan di daerah ini.
Tak perlu saya
jelaskan lagi tentang daerah ini. Sebab di pembahasan-pembahasan sebelumnya,
pernah juga saya jelaskan tentang gambaran desa Sepok Laut pada umumnya.
Saya yang lahir
di desa Sepok Laut, tepatnya di Kampung Teluk Harapan. Disini saya dilahirkan,
kurang lebih 23 tahun yang silam. Ayah saya asli bersuku Bugis. Ibu juga
demikian bersuku Bugis. Keluarga kami hampir rata-ratanya, orang yang bersuku
Bugis.
Meskipun begitu,
tak banyak dikeluarga kami mereka yang bisa berbahasa Bugis, hanya segelintiran
orang saja. Karena termakan lingkungan, hanya dikeluarga dekat kamilah yang
bisa berbahasa Bugis.
Bahasa Melayulah
seperti Pontianaklah yang sering digunakan di daerah saya. Meskipun begitu,
banyak juga orang-orang Tionghoa di daerah kami. Mereka ada yang menjadi
pejabat desa. Seperti pak sekretaris desa kami, yaitu orang Tionghoa,
bendaharanya orang Bugis dan kepala desa kami adalah orang Melayu.
Jadi, di desa
kami sangatlah menghormati perbedaan. Karena perbedaan adalah sebuah karunia. Maka
dari itu, hendaknya kita jadikan sebagai rasa nasionalisme kita. Dalam artian
menjaga keutuhan NKRI tercinta ini.
Bersambung..
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda