Senin, 23 November 2015

Resensi Buku Poros Maritim



Sebuah buku yang saya beli ketika pulang dari lomba menulis di Jakarta, pertengahan bulan September 2015 lalu. Tapi ini belinya di salah satu toko buku yang ada di  Pontianak. Buku yang ditulis oleh Benhard Limbong ini menceritakan tentang kekayaan alam laut Indonesia. Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Margaretha pada tahun 2015 ini, secara gamblang menggambarkan isi laut negeri ini.

Sengaja membelinya, karena saya suka hal-hal yang berbau dengan laut. Kenapa demikian? Ya, sudah kalian ketahui bahwa, saya lahir di desa Sepok Laut. Pasti saya menyukai laut, sebab saya besar di laut. Laut memberikan saya inspirasi.

Buku yang setebal 419 halaman ini perlu Anda baca. kenapa saya bilang begitu, banyak cerita-cerita yang perlu kita ketahui di buku ini. Setidaknya buku ini merupakan sumbangan pemikiran yang diberikan oleh Pak Benhard Limbong kepada bangsa Indonesia. Sungguh, bagi saya buku ini sangat menginspirasi.
 
Kita selalu bangga sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam yang indah dan tak terhitung nilainya. Kekayaan itu terkandung di daratan, lautan dan di bawah perut bumi.  Kita juga selalu mengagung-agungkan kejayaan di masa lampau sebagai bangsa bahari yang disegani bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia, terutama memuncak pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 dan Kerajaaan Majapahit abad ke-13.

Bukan hanya dikenal sebagai bangsa pelaut ulung yang menjelajahi lautan dan samudera, posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim dunia juga sudah menyejarah melalui apa yang dikenal sebagai ‘Jalur Rempah’. Jalur Rempah merupakan rute perdagangan laut Eropa-Asia di bagian Selatan Asia, sedangkan rute perjalanan darat di bagian Utara dikenal sebagai Jalur Sutera yang menghubungkan Eropa-Asia Tengah-Cina.

Ironisnya, semua itu hanya menjadi cerita indah yang turun temurun yang tersimpan cukup rapih dalam lembaran buku-buku sejarah. Karunia alam yang luar biasa itu nyaris tak membawa manfaat besar bagi negara bangsa ini. Setelah era kejayaan imperium Sriwijaya dan Majapahit, kekayaan alam Nusantara justru berhasil dieksploitasi oleh pemerintahan kolonial Belanda (mulai masa VOC pada awal tahun 1600-an hingga tahun 1942) dan berlanjut ke masa pendudukan Jepang (1942-1945).
          
Setelah Indonesia merdeka, keadaan tidak membaik. Kekayaan alam kita justru tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat seperti diamanatkan oleh Konstitusi UUD 1945 dalam pasal 33 Ayat (3). ‘Penjajahan’ ekonomi, dalam hal ini pengerukan kekayaan alam, justru tetap berlangsung  sejak Indonesia merdeka sampai hari ini.

Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam yang berlimpah seharusnya menjadi kekuatan utama untuk menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat dan kebanggaan bagi negara bangsa. Kekayaan sumber daya laut dan posisinya yang strategis di antara dua benua dan dua samudera bukan hanya kekuatan ekonomi yang dahsyat, tetapi juga merupakan potensi sosial, politik, dan ekosistem negara dan bangsa Indonesia.

Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda