“Alhamdulillah, barusan saya sedekah laptop. Semoga bermanfaat bagi yang mengambilnya tanpa sepengetahuan saya.”
Ini cerita sudah lama, tapi apa salah saya ceritakan sedikit tentang sebuah arti kehilangan. Mungkin si dia, lebih membutuhkan ketimbang saya. Alhamdulillah saya bisa berbagi dengan orang tersebut tanpa sepengetahuan saya sendiri.
Sedikit stres mikirin si laptop yang di curi. Kejadian kurang lebih sekitar setahun yang lalu. Namun masih menimbulkan semacam ketidakikhlasan pada diri ini. Mungkinkah akan diganti dengan laptop baru? Tidak. Tak ada yang peduli tentang kehilangan laptopku ini.
Bahkan hingga tulisan ini di muat di blog ini, belum ada laptop pengganti yang hilang dulu. Orang tua pernah berjanji untuk membelikan laptop. Namun, ahhh, itu hanya omongan mereka saja. Tak percaya sudah. Teman-teman bilang sabar, bude bilang sabar, kakak juga bilang sabar.
Lalu apa makna sabar itu? Apakah ikhlas mengikhlaskan? Atau hanya udah biarin aja. Entar pasti ketemu lagi. Mungkin itu bukan rezekimu mat, hibur seorang padaku, ketika saaat kehilangan laptop wktu itu.
Ini juga aku pernah menulis di buku harianku, ketika laptop kesayanganku hilang. Inilah tulisan yang pernah aku bawakan di acara radio RRI, tepatnya di acara goresanku. Waktu itu, aku langsung menelpon ke penyiarnya, suaraku pun menggema kemana-mana. Kemana radio RRI PRO 2 Pontianak itu menggema. Ini tulisannya sob: Isinya sesuai dengan keadaan, jika di radio maka saya katakan mendengar dan jika disini saya bilangkan membaca.
Wahai kau pencuri laptopku seandainya kau mendengarkan (di radio), membaca (di blog ini).
Wahai kau pencuri laptopku, andaikan saja kau membaca tulisian ku ini. Betapa kesal dan jengkelnya aku padamu. Akan aku buktikan bahwa aku bisa menggantikan dengan lapto baru yang akan aku beli.
Sekarang aku disini bersusah payah, ketika akan mengerjakan tugas-tugas kuliahku. Betapa banyak foto kenangan keluargaku, sahabatku, juga semua tulisan-tulisan yang akan aku terbitkan menjadi buku.
kau tidak tahu betapa sulitnya mengumpulkun puing-puing rupiah, dan kau dengan seenaknya tanpa izin sepengetahuanku meminjam dan sampai sekarang tak pernah kau kembalikan laptop kesayanganku.
Sudah lama aku bermimpi akan dapat membeli laptop, setelah terbeli, kau dengan seenaknya mengambil laptopku.
Ohh pencuri laptopku, ku harap kau membaca tulisan ku ini. Dan betapa marahnya aku padamu.
Pontianak, 26 April 2014.
Oleh: Rahmat
Namun ketahuilah, hingga detik ini, saya belum punya laptop. Alhamdulillah dengan laptop masjid inilah, saya bisa berkarya dan menulis di blog ini. Terimakasih kepada pihak masjid, yang telah meminjamkan saya laptop ini. Semoga pahala ini terus mengalir.
Seandainya ada uang, pasti kan ku beli laptop untuk berbagai keperluan. Salah satunya untuk menulis sesuatu yang bermanfaat. Doakan saya teman supaya bisa laptop baru. Semoga saja di tahun 2016 ini sudah ada laptop pribadi saya amiin.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda