Saya pikir disini. Tempat yang saya
tinggali ini adalah daerahnya pesisir. Tahu-tahunya ternyata adalah termasuk
sebagai daerah pedalaman Sambas. Tapi untuk menuju ke Pantai tidaklah terlalu
jauh. Paling-palingan butuh waktu sekitar 40 menitan saja jika di tempuh dengan
sepeda motor dan sekitar dua sampai tiga jam-an lebih, jika ditempuh dengan
berjalan kaki.
Saya
juga bingung, karena kata orang disini termasuk daerah pedalaman. Bukankah
pedalaman itu sangat jauh dari lautan? Bukankah pedalaman itu penuh dengan
banyak pohon atau hamparan hutan yang mengelilingi daerah ini. Yaps, saya rasa
tidak ada yang bisa dipermasalahkan. Semuanya bagus. Penduduknya ramah-ramah
terhadap siapa saja yang datang ke daerah ini.
Sebagai
orang yang juga pernah datang ke Sambas. Saya juga tidak pernah merasa asing
untuk beradaptasi ke daerah ini. Semuanya biasa saja. Saya anggap sebagai
kampung saya sendiri. Kampung yang menginspirasi untuk saya bawa ke kampung
saya nantinya.
Walaupun
sangat jauh dan tidak biasa untuk perjalanan seperti ini, tapi setidaknya bisa
menjadi pengalaman. Bagaimana susahnya teman-teman yang dari daerah yang
belajar ke Pontianak. Saya juga
merasakan bagaimana juga teman-teman saya itu datang dan pulangnya ke Pontianak
dengan menggunakan bis atau mobil. Bagaimana lamanya ternyata seperti yang saya
rasakan ternyata.
Beginilah
keadaannya, kata salah seorang warga tokoh agama disini (Pak Lebai). Saya rasa desa ini terbilang
cukuplah maju dibandingkan dengan salah satu desa yang berbatasan dengan kota
Pontianak. Atau desa yang berada di Kabupaten Kubu Raya. Padahal itu masih
termasuk pinggiran kota, tapi pembangunan infrastruktur sangat tidak memadai.
Terlebih pada jalan provinsi juga yang perlu perhatian.
Juga
yang masih membuat rasa penasaran saya adalah tentang komunikasi dan informasi
disini. Bukan sinyal yang saya maksudkan tetapi radio. Ya siaran radio. Disini
sangat jarang sekali warga yang memiliki radio. Radio yang di dapatin siarannya
adalah radio RRI. Cukup banyak hiburan yang di dapatin warga disini.
Memang
kalau belum terbiasa dalam menempuh perjalanan jauh, terasa melalahkan. Juga
punggung terasa sakit akibat dari benturan bis yang selalu bergerak akibat
jalan yang berlubang. Pada semua itu pula, akhirnya dengan perjalanan penuh
semalaman, kami beserta rombongan yang lain sampai juga pada tempat tujuan.
Walaupun diturunkan "tengah jalan" oleh pemilik bis, tapi setidaknya ini sudah mendekati
tempat tujuan kami, Dusun Perigik Nyatuk, Desa Matang Danau Kecamatan Paloh
Kabupaten Sambas.
Disinilah
daerah yang akan kami tempati untuk mengikuti program Kuliah Kerja Lapangan
(KKL). Selama kurang lebih empat puluh hari lamanya. Memang sudah lama saya
ingin pergi ke Paloh. Eits ternyata memang rezeki, ternyata kampus
menyelenggarakan IAIN Pontianak menempatkan mahasiswa KKL di Paloh Sambas dan
di Pulau Kabung dan Lemukutan, Bengkayang. Duh, bahagia bukan kepalang, bisa
menginjakan kaki di negeri kebenaran tersebut.
Saya
membayangkan bagaimana keadaaan di Paloh sebelum berangkatnya. Saya
membayangkan tempat yang saya tempati ini, di dekat lautan, pantai dengan
ombaknya yang selalu riuh serta dengan beberapa kelompok burung lautnya.
Tapi,
rasa penasaran itu, terjawab sudah setelah kami sampai pada lokasi KKL. Alhamdulillah,
ditempat yang saya tempati bersama-sama teman kelompok, lumayan jauh dari
pantai dan laut. Tepatnya kami disini, merupakan perbatasan kecamatan Paloh dan
Kecamatan Teluk Keramat, Sambas.
Alhasil,
kami pun sangat menikmati suasana di daerah yang kami tempat tersebut. Suasana yang begitu asri dengan penduduknya
yang sangat ramah terhadap tamu yang hadir, membuat saya berpikir. Inilah Paloh
dengan "Negeri Kebenarannya". Kebenaran akan kebaikan masyarakatnya.
Video saat-saat KKL
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda