Hari
pertama memang belum biasa. Teman-teman juga merasakan hal yang demikian. Ada yang
tidak betah dan ada yang terlihat biasa-biasa saja. Karena selain mereka ada
yang belum terbiasa meninggalkan rumah, namun begitu banyak yang sudah rileks
dan santai di hari pertama datang pada agenda Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Nah inilah mental kami diuji, karena sudah barang tentu, di tempat yang kami tempati ini, mau tidak mau kami harus beradaptasi dengan warga setempat. Karena selain ditugaskan dari kampus, yaitu suatu kegiatan yang harus wajib diikuti bagi mahasiswa reguler IAIN Pontianak. KKL 2015, ditempatkan cukup jauh, di Paloh, Sambas. Ada juga sebagian di Kabupaten Bengkayang, yaitu di Pulau Lemukutan.
Dan mahasiswa
yang KKL yang ditempatkan terbanyak hampir 70% di Kecamatan Paloh Sambas. saya
dan kawan-kawan cukup senang bisa dapat lokasi KKL disana. Karena, ada beberapa
hal yang sangat ingin saya kunjungi jika saya berada di Paloh.
Pertama
adalah, terkait dengan kebudayaan disana. Saya benar-benar ingin lebih dalam
mengetahui tentang kebudayaan Sambas. coba kita saksikan, mana ada budaya yang
unik selain Sambas. walau tidak menutup kemungkinan ada yang lain. Tapi saya
rasa inilah, yang unik dan masih sangat erat memegang tradisi leluhur. Masyarakat
Sambas selain religius, mereka juga ikut dalam mempertahankan kearifan lokal
budayanya.
Kedua
adalah, kalo saya ingin ke Temajok dan Telok Melano Malaysia, hehe (sampai juga
ke luar negeri), yang kata orang-orang memiliki pantai yang indah dan hutan
yang masih terjaga. Alhamdulillah, keinginan saya terwujud juga berkat KKL
Integratif 2015 IAIN Pontianak. Kalo tidak ada KKL, entah kapan dan saya tidak
tahu entah ada kesempatan untuk pergi kesana.
Ini loh Pantai Batu Nenek desaTemajok Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas |
Jadi,
itulah sekelumit dari keinginan saya jika sudah sampai di Paloh, Sambas. Dan
kesempatan itu, tentu tidak saya sia-siakan, saya banyak mendapatkan pelajaran
dari KKL disana. Karena disana orangnya kalo bicara itu beda loh dengan bahasa
di Pontianak, setidaknya saya bisa mengerti dan mampu mengucapkan bahasa
Sambas. Hehe.
Yu hu nyampe di Malaysia. |
Perlu
diketahui juga, saya juga jadi tahu tentang apa itu Saro’an, Zikir Najam,
Nandur, bahkan hingga tentang beberapa hal yang berhubungan dengan perangkat
desa yang belum saya ketahui. Pun juga
banyak tentang hal-hal yang sangat berharga yang saya ketahui.
Dan dihari
pertama, kami juga sempat kebingungan mengatasi cara berbahasa disana. Dan dengan
tidak menunggu waktu lama, kami bisa mengerti dan berucap dengan bahasa Sambas.
dan selama kurang lebih dari 35 hari kami belajar disana. jadilah kami warga
Sambas.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda