Senin, 07 Desember 2015

Robo'-robo' di Sungai Kakap

Tulisan ini dilatar belakangi pada bentuk dari keberukunan antar etnis di Sungai kakap. fokus tulisan ini melihat bagaimana keberagaman antar etnis seperti pada etnis Bugis, Melayu dan Tionghoa pada acara tradisi Robo’-robo yang dilaksanakan pada setiap tahunnya pada bulan Syafar. Indonesia sebagai suatu negara yang berdiri di atas keanekaragaman budaya yang berdemensi pada multikulturalisme pembangunan bangsa.

Dengan multikulturalisme ini maka prinsip “Bhineka Tunggal Ika” seperti yang tercantum dalam dasar negara akan menjadi terwujud. Pada zaman globalisasi ini, umumnya masih ada kita temukan masyarakat yang masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat kebudayaan daerahnya. Upacara adat adalah bagian dari identitas suatu suku yang mengandung nilai-nilai, norma, dan simbol-simbol ekspresif sebagai sebuah ikatan sosial yang berperan sebagai penguat ikatan solidaritas sosial dan kohesivitas sosial masyarakat lokal. Pada tradisi Robo`robo di Sungai Kakap inilah dilihat bagaimana sisi budaya dan tradisi dalam menjalin kebersamaan antar etnis di Sungai kakap.

Menurut cerita salah seorang tokoh yang berhasil saya tanyai, di Sungai Kakap, dahulunya acara itu adalah acara tolak balak yang diadakan pada bulan safar. Penyebutan Robo`-robo` ini berasal dari beberapa dasar sebagai berikut: Pertama, Berasal dari nama hari yaitu rabu ( Rabu berasal dari bahasa arab yaitu Ar-bia’ /Raba’a) karena selenggarakan pada hari rabu minggu terakhir dalam safar (bulan dalam kalender arab) jadi Rabu-rabu.

Kedua, Ketika ada peristiwa jembatan roboh (ambruk) di dekat kuala mempawah. Peristiwa robohnya jembatan dikuala mempawah itu menjadi bagian dari kombinasi penyebutan Robo’-robo’ hingga yang kita dengar saat ini.(dengan logat tekanan suara oleh orang melayu) seperti, tidur=tido’, dapur=dapo’, dll. ditambah lagi pelaksanaan pada hari Rabu. Ketiga, Robo`-robo` mengambarkan situasi dan kondisi masyarakat dalam pelaksaanannya, sangat ramai, beramai-ramai, penuh sesak dan hiruk pikuk.

Dalam agenda Robo’-robo’ itu juga, banyak diselenggarakan kegiatan-kegiatan seperti pasar rakyat, serta berbagai macam hiburan dan perlombaan. Adapun tujuan dari diselenggarakannya ritual robo-robo ini adalah masyarakat yang tinggal khususnya di kawasan pesisir pantai memanjatkan syukur atas hasil alam yang diperoleh serta meminta ampun dan pertolongan kepada Allah SWT, agar apa yang pernah dan telah menimpa nabi pada zaman dahulu tidak menimpa mereka yang berada dipinggir/ dekat laut. Dengan memanjatkan doa untuk keselamatan secara bersama-sama.

Diberitakan di koran Suara Pemred, edisi 18/12/14. Robo-robo dilaksanakan dengan meriah ditiga wilayah pesisir di Kalimantan Barat. Robo-robo dilaksanakan pada hari Rabu terakhir dibulan Syafar, Hijriah. Robo-robo menandai kedatangan Empu Daeng Manambon ke wilayah Mempawah. Yang selanjutnya mendirikan kesultanan Amantubillah. Tiga wilayah yang menyelenggarakan Robo-robo, yaitu Kota Mempawah, Sungai Kakap di kabupaten Kubu Raya, dan warga di Delta Sungai Pawan.

Robo-robo di Kabupaten Mempawah. Di kota Mempawah, pelaksanaan tradisi Robo-robo dihadiri ribuan orang dan utusan dari berbagai keraton di Nusantara. Kegiatan napak tilas kedatangan Opu Daeng Manambon menjadikan kuala Mempawah, ramai dipadati pengunjung. Mempawah dalam bahasa Bugis mempang yang berarti tidak bisa ditenggelamkan, dalam bahasa Dayak Sampau yang berarti asam biru mani.

   
Robo-robo di Kubu Raya. Tradisi robo-robo di kabupaten Kubu Raya digelar di tiga kecamatan. Yaitu, kecamatan Sungai Kakap, Kubu, dan Teluk Pakedai. Selain sarana melestarikan budaya leluhur, Robo-robo menjadi sarana menjalin silaturahmi antar warga. Robo-robo diisi dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat, pelajar dan pemerintah. Ada lomba sampan, kasidah dan lain-lain.

Robo’-robo’ di Ketapang. Ratusan masyarakat dipinggiran sungai Pawan, Desa Kauman, kecamatan Benua Kayong, turut melaksanakan ritual robo-robo. Mereka berkumpul menjadi satu dengan hidangan makanan yang disajikan memanjang tepat dihadapannya. Dimulai dengan membasahi daun andong, dilanjutkan dengan membaca doa selamat, baik dihalaman depan rumah maupun dipinggiran sungai.
Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda