Rabu, 24 Februari 2016

Ingat Cerita Bude

Saya teringat dengan cerita Bude saya. Cerita ini sebenarnya udah lama, sekitar dua tahun yang lalu. Sebenarnya sudah lama saya ingin menceritakan perihal kisah ini. Mungkin sebagian besar orang sudah tahu dan atau memang tidak mau tahu bahkan kitanya sendiri yang benar-benar berpura untuk tidak tahu.

Karena Bude sudah saya anggap sebagai orang tua sendiri, begitupun juga dengan dia. Ya, dia sudah menganggap saya sebagai anaknya sendiri. Walaupun kita tinggalnya tidak bersama, tetapi kami tetangga. Bude umurnya, kira-kira seumuran dengan ibu saya di Kampung, tepatnya di desa Sepok Laut, kecamatan Sungai Kakap.



Sungguh bahagia sekali karena bisa mengenal Bude, begitupun juga dengan beliau, sangat senang karena bisa mengenal sesosok pemuda yang bernama Rahmat ini. Bude ini orang Jawa, tapi lahirnya di Pontianak, kalo kedua orang tuanya, memang asli di pulau Jawa. Tapi Bude sendiri, sangat fasih berbahasa Jawa. Iya, beliau dan suaminya bisa berbahasa Jawa, namun tidak kepada kelima anaknya, semua anaknya tidak bisa berbahasa Jawa.

Begini cerita yang Bude ceritakan kepada saya. Bahwa, ada anak tetangga yang mendapati beasiswa bidikmisi, di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Pontianak. Sebenarnya, anak ini sangat kaya raya, ayahnya saja, seorang pengusaha, sedangkan ibunya PNS. Jadi, bila ia dapatkan uang beasiswa itu, dia bisa gunakan untuk senang-senang, shofing, beli hape baru dan pakaian baru.

Sebenarnya saya kira, tidak ada salahya juga sih, bila dia gunakan uang untuk keperluan dia, tapi yang saya pertanyakan, kenapa kok orang kaya, bisa mendapatkan uang beasiswa ya? Aneh bin ajaib. Apakah petugas yang sudah diberi  amanah untuk menyalurkan beasiswa tidak bekerja? Atau mereka sangat malas untuk turun di lapangan, mengecek, apakah benar si anak ini, layak atau tidak layak untuk mendapatkan beasiswa. Wallahu `alam.

Mungkin ini juga yang saya dapatkan dari teman, mereka kaya dan berada, tapi dikarenakan tergiur oleh beasiswa dari kampusnya. jadilah dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Akhirnya apa? Ya, seperti yang diketahui, dia gunakan rumah orang miskin, kartu rekening listrik orang miskin. Dapat deh dia. 

Saya pun kemaren, tidak sengaja mendengar percakaan kawan-kawan senior di kampus. Ternyata mereka membahas, bobroknya pembagian beasiswa di negeri ini. Emang anggaran dana itu harus dikemanakan? Anggaran beasiswa kok gak di beri pada orang yang pantas?

Apakah mereka pantas mendapatkannya?
Atau para petugas yang diberi amanah untuk membagikan dana beasiswa tidak bekerja dan malas?
Wallahu `alam bisswab.
Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda