Menjadi sarjana
muda tentu adalah harapan setiap orang. Harapan orang tua, anak dan keluarga.
Menjadi sarjana itu tak mudah. Menjadi sarjana itu butuh pengorbanan waktu,
pikiran, hati dan tentunya yang paling utama adalah uang. Dulu, orang sangat
terkagum dengan gelar sarjana yang diraih seorang. Sekarang beda lagi
ceritanya.
Gambar Disini |
Calon sarjana
telah banyak mengorbankan waktu, pikiran dan uangnya. Belum lagi bagi mereka
yang mandiri alias tidak membebankan biaya kuliahnya pada orang tuanya. Tentu
ini menjadi tantangan yang menarik bagi dirinya. Bagi perantau, akan ada rasa
rindu kepada orang tua dan sanak saudara. Belum lagi memikirkan tugas dan tugas
yang selalu menumpuk.
Katakan pada
dunia, jangan remehkan sarjana muda. Padanyalah terlahir bibit-bibit perubahan,
padanyalah lahir ide-ide yang briliyan dan padanyalah akan memberi nuansa baru
bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
Jangan kau
samakan calon sarjana dengan pengusaha kaya raya. Kau tidak akan menemukan
titik-titik persamaannya. Calon sarjana adalah mereka yang sedang menuntut
ilmu, belajar bermasyarakat lewat organisasi yang diikutinya, sedang bekerja
demi membiayai kuliahnya, dan sedang membantu ekonomi keluarganya. Jadi sangat
sulit, untuk jadi mahasiswa bisa langsung kaya raya bak pengusaha kaya itu.
Kalian tentu pernah mendengar kalimat. “Banyak sarjana yang jadi pengangguran. Ah,
ngapain belajar hingga sarjana, toh nanti juga jadi ibu rumah tangga. Kuliah
tidak nentuin nasib seseorang. Lebih baik kerja dan kerja”.
Saya pernah
mendengar ucapan salah seorang teman. Dia ini sukanya lagu Iwan Fals, terutama
lagu yang berjudul Sarjana Muda. Saya
mah, buat apa sekolah tinggi-tinggi, nanti toh juga akan jadi pengangguran.
Contohnye lagu Iwan Fals nih men. Gare-gare dengar lagu ini, aku jadi takut nak
sekolah tinggi-tinggi. Dah, pandai membace jak lah”.
Saya hanya
jawab. Ya, itu kan lagunya orang pulau seberang. Lagian kan kalo di Jawa itu,
sudah sangat rame manusianya. Dan lagian pula, para lulusan sarjananya sedari
dulu memang banyak. Sebab kampus-kampus di pulau Jawa sangat banyak. Jadi yang
jadi sarjana pun tentu akan banyak juga. Nah, kalo sudah banyak, kesempatan
buat ngelamar kerja pun akan sedikit. Sebab banyak sekali pesaing. Beda lagi
kalo kita yang dari Kalimantan ini. Walau memang gelar sarjana itu tak menjamin
kehidupan kedepan kita. Tapi jika betul-betul niatnya hanya untuk belajar.
Insya Allah akan membuahkan hasil.
Hei, jangan
terpengaruh dengan lagi-lagu galau. Jangan mau dengarkan kata-kata yang justru
menghambat kita untuk belajar. Urusan rezeki itu rahasia Allah SWT. Kita
sebagai hamba-Nya, hanya di tuntut untuk selalu berdoa dan berusaha.
Bukan Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pada beberapa derajat.
Jadi jangan takut untuk belajar. Karena belajar itu kewajiban dari sejak buaian
hingga liang lahat.
Kita harus
belajar. jangan mau kalah dengan
orang-orang luar. Kita harus bisa menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia bisa.
Dengan pendidikan yang bermutu, tentu kualitas insani akan tetap maju baik
secara mental, spiritual dan intelektual. Mari belajar dengan sungguh-sungguh.
Bagaimanapun, pola pikir seorang sarjana muda entah pengangguran entah pebisnis entah jadi buruh, akan berbeda. Tergantung masing2 mas
BalasHapusPaling penting adalah pengalaman. Tapi pendidikan juga penting. ^_^
BalasHapusLebih baik belajar berwirausaha. :'D
BalasHapusJadi ingat lagu Iwan Fals. :D
BalasHapusSekolah lah setinggi mungkin
BalasHapus