Minggu, 15 Mei 2016

Masuk Koran (2)

Kenapa saya menuliskan ini lagi? Sebab saya rasa perlu juga untuk memposting cerita ini. Agar apa? Agar semua orang tahu tentang bagaimana prosesnya dan lagian juga untuk pengarsipan saya. Ya, saya kira kita perlu menjadikan arsip diri sebagai kenangan untuk kita kenang dikemudian hari.

Kita punya kemampuan tersendiri, dan ternyata berhasil dan sukses. Apa salahnya untuk diarsipkan, tentunya tidak dengan maksud untuk menyombongkan diri dan pamer. Setidaknya dengan kemampuan yang kita punya tersebut, tentunya akan ada orang yang akan termotivasi dengan kemaampuan kita tersebut. Apalah arti kemampuan dan kelihaian bila tidak diberitahukan kepada orang lain dan perlihatkan. Tentunya akan sia-sia semua itu.



Adapun foto diatas merupakan tulisan cerpen pertama saya yang dimuat di koran. Cerita yang sederhana. Cerita itu saya dapatkan dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis berjilbab hitam. Entah. Yang aku ketahui dia adalah gadis berjilbab hitam. Itulah petikan dari tulisan cerpen saya tersebut.

Saya mula memulai menulisnya adalah ketika ditantang oleh seorang teman. Dia bilang, kenapa tidak menulis di koran, kenapa selalu di FB dan Blog terus, sesekali tulislah dikoran, setidaknya bisa mendapatkan uang dari menulis koran. 

Tapi apalah. Bukan itu yang saya inginkan. Bagi saya, uang itu nomor kesekian. Kemampuan dululah yang harus ditunjukan terlebih dahulu. Umpamanya kita hendak menjadi guru ngaji, setidaknya kita sudah tahu bagaimana hukum makhraj huruf, jangan sampai kita menjadi guru ngaji asal-asalan. Ingat pepatah, murid kecing berdiri, guru kencing berlari. 

Dalam hal menulis pun begitu, tentunya tidak gampang menjadi penulis yang profesional. Butuh kejelian dan kegigihan dalam menggapai semua itu. Namun jika kita terus berusaha, lambat laun kita pun akan menjadi penulis yang profesional juga.

Semoga kita bisa menjadi yang terbaik dalam hal profesi apapun. Termasuk menjadi penulis.
Share: 

2 komentar:

  1. wah selamat ya mas. arsip diri. setuju. bisa keluar dari zona nyaman ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.. Perlu kita mengarsipkan diri..

      Hapus

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda