Jumat, 18 Maret 2016

Cerita Adik Kelas Yang Cuti Kuliah

Siang tadi saya ditelpon oleh seorang sahabat  agar saya harus datang juga segera di kampus. Saya mengiyakan dan akan datang di kampus. sesampainya di kampus, saya dan kawan-kawan juga pada sibuk pada urusan yang sangat penting di hari ini. Ya, alhamdulillah udah selesai, dan tinggal minta tanda tangan dosen lagi, setelah itu beres res res.

Disaat menunggu dosen untuk meminta tanda tangan, saya dan kawan-kawan yang lain serta beberapa kawan mahasiswa yang tidak saya kenalin juga rame menunggu. Tujuan kami sama, yaitu bertemu dengan sang dosen, tetapi tujuannya tentu ada yang berbeda. Kalo saya dan kawan kelas, jelas, yaitu minta tanda tangan dosen.


Disaat yang bersamaan, tepat dihadapan saya. Seorang gadis yang bertanya santai kepada saya. Perkiraan saya, gadis ini mahasiswa baru di kampus saya, tapi setelah saya tanyai lebih lanjut, ternyata dia sudah semester empat. Juga berada di jurusan yang sama pula. Dia bertanya:

She: “Abang disini mau apa?”

Me: “Oh, ini lagi nunggu pak dosen itu

She: “Oh kalo begitu sama dong Bang

Me: “Iya, emang adik disini, juga mau apa?”

She: “Ini lagi mau ngurus surat berkas-berkas cuti kuliah Bang

Me: “Loh kok cuti? Kenapa harus cuti dek? Tanya saya penasaran.

She: “Iya Bang, lagian kitakan terlambat bayar daftar ulang dan lagian pula daftar ulangnya pun sudah ditutup. Saya ingin kerja dulu. Nanti kalo ada uang, InsyaAllah saya bakalan lanjut kuliah lagi”. Jawabnya dengan polos.

Me: “Tapi beneran mau cuti? Apa tidak menyesal, banyak loh orang-orang pada menyesal karena mereka berhenti kuliah. Walaupun mereka udah kaya”.

She: “Adik saya banyak Bang, dan saya merupakan anak tertua di keluarga. Dan lagian pula, orang tua saya sudah tua. Malah adik-adik sekolah semua. Mosok saya juga harus membebani orang tua!”.

Me: “Hmm, ngomong-ngomong kenapa gak daftar beasiswa?” .

She: “Belum pernah Bang. Abang sendiri gimana, apakah pernah dapat beasiswa?”
Me:“Oh. Belum pernah dapet dik. Hehe. Emang biasalah, ada orang yang orang tuanya mampu untuk menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi, eh malah anaknya yang bertingkah. Juga berapa banyak teman-teman kita yang ingin belajar dan juga ingin merasakan seperti kita. Tapi mereka tidak merasakan kesempatan itu. bersyukurlah bagi yang pernah merasakan masa-masa seperti ini. Walaupun ada orang yang beranggapan bahwa pendidikan itu tidak penting”. (Survei).

She: “Iya Bang, tapi kalo ngomong-ngomong tentang beasiswa. Abang tahu banyak ya?

Me: “Kan banyak tiap tahunnya info beasiswa. Tinggal kita aja yang aktif cari info. Coba dulu deh berusaha, supaya tidak cuti kuliahnya. Kuliah itukan kesempatan yang  berharga, kalo mau kerja mah, tak akan ada habisnya. Dimanapun kita bisa bekerja”.

She: “Tapi tekat saya sudah bulat bang, saya ingin cuti kuliah dulu dan kerja selama cuti kuliah dan nanti kalo ada uang saya mau lanjut kuliah lagi”.

Disaat yang bersamaan. Ternyata bukan hanya saya saja, yang tidak mampu untuk daftar ulang. Walaupun masih bisa saya atasi, yakni dengan meminjam uang buat daftar ulang dan sampai saat ini hutang itu belum sempat terbayar. Mudah-mudahan saya punya rejeki yang banyak untuk bayar hutang. 

Terkadang kita harus banyak mendengar. Ya, mendengarkan cerita orang-orang disekitar kita. Agar kita tahu, ternyata masalah hidup bukan hanya kita saja. Ternyata banyak diluar yang perlu kita ambil hikmahnya.

Nah, buat kalian yang selalu mengeluh capek karena tugas, capek karena harus bolak balik ke perpustakaan, capek karena hidup, galau karena putus pacaran hingga ingin berhenti kuliah. Setidaknya cerita ini bisa kita jadikan renungan. Ya, walaupun ceritanya sedikit tidak kalian pahami. Tapi hanya ini yang bisa saya lakukan. Saya tak punya uang banyak buat ngebantu sesama. Saya nulis aja dulu ya.

Percakapan pun berhenti, manakala, teman saya disamping mengajak bicara. Diapun langsung menghilang dan satu yang saya sesali adalah menanyai siapakah namanya si gerangan gadis tersebut. Hingga tulisan ini dibuat, saya tak tahu siapa nama gerangan adik kelas tersebut. 

Suasana hujan deras yang menyelimuti kampus. membuat saya mengerti. Hanya "oh" yang bisa saya ucapkan. 

“Oh”. 


Pontianak, 17 Maret 2016.



Share: 

6 komentar:

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda