Selasa, 07 Februari 2017

Tulisan Akan Dibaca Sampai Kiamat

Menulis adalah momok bagi seorang yang bepikir tidak akan pernah bisa menulis. Bukan hanya momok tapi sebagai beban jika pernah ditugaskan untuk membuat tulisan oleh sekolah atau kampus. Menulis itu butuh ide, kesempatan dan waktu.

Harian Suara Pemred Kalbar
Pernah lihat orang yang lemah, sakit misalnya? Tentu akan berdampak pada kegiatan lainnya. Karena dalam sebuah pribahasa mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Pribahasa tersebut menurut saya memang banyak benarnya. Kenapa banyak benarnya? Bagaimana mau melakukan kegiatan bila tubuh tidak sehat, lemah dan lain sebagainya tentu juga akan berdampak pada kegiatan menulis kita. Kalo sudah sehat tentu akan menghadirkan pikiran-pikiran yang segar yang akan memberikan kualitas pada tulisan seseorang. Ide, kesempatan dan waktu adalah tiga hal yang sangat berharga untuk menulis.

Pertama pada ide. Berbicara tentang ide itu tak lepas dari inspirasi dan pengalaman seseorang. Inspirasi bisa di dapatkan dari pengalaman, berbicara dengan orang lain dan membaca buku. Kalo saya sendiri untuk mendapatkan insipirasi atau ide dalam menulis saya biasanya melakukan hal-hal tersebut diatas. 

Kita bisa pergi ke suatu tempat untuk mendapatkan inspirasi. Cobalah untuk berjalan ke tempat-tempat yang tenang dan rileks sejenak. Rasakanlah betapa luasnya dunia ini. Beribadah dan mengingat Tuhan merupakan cara jitu untuk mendapatkan inspirasi dalam menulis. Berdialog atau bertanya dengan orang yang ahli adalah sumber dari pengetahuan. Merasa seperti gelas kosong dan selalu ingin diisi oleh air. Selain bertanya, membaca juga merupakan hal yang sangat penting untuk menulis. Ada satu buku yang pernah saya baca, bahwa, penulis yang baik adalah pembaca yang baik pula. Maka sudah sepatutnya kita ini membaca buku.

Berbicara tentang buku, tentu tak bisa dilepaskan dari dunia literasi. Membaca dan menulis adalah kegiatan yang berhubungan dengan buku. buku adalah jendela dunia, dengan buku kita bisa melihat dunia dan berbagai macam ragam pengetahuan serta kita bisa berinteraksi dengan para pemikir-pemikir hebat jaman dahulu.

Hampir ditiap peradaban, mempunyai catatan-catatan literatur, yaitu berupa manuskrip-manuskrip atau buku. karena dengan bukulah seseorang atau peradaban akan dikenal hingga masa kini.

Namun, tak bisa kita pungkiri dengan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia saat ini, sedikit sekali yang menyadari bahwa betapa pentingnya membaca buku. 

Kedua pada kesempatan. Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin pesat. Tentu seseorang dituntut untuk selalu bergerak demi memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Di jaman ini, tentu seseorang semakin hari semakin sibuk. Jangankan mau menulis, mungkin membaca saja tidak sempat. Untuk itu, bila ada kesempatan untuk menulis. Menulislah.

Bagi mahasiswa, membuat tugas akhir kuliah adalah bekerja untuk keabadian. Skripsi kita tentu akan dibaca orang sampai kiamat. Seorang dosen pernah berkata, jika menulis skripsi, tulislah sebaik mungkin, karena tulisan berupa skripsi ini bakalan dibaca oleh adik-adik mahasiswa lainnya sampai kiamat nanti.

Ketiga pada waktu. Dalam pepatah Barat, waktu adalah uang. Pepatah Arab, waktu adalah pedang. Bagi saya, waktu adalah sesuatu yang urgen dan perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Karena waktu tak dapat diulang kembali, maka sebaiknya kita rawat dan manfaatkan sebaik-baiknya. Dalam Islam, waktu itu sangatlah berharga.

Dapat kita simpulkan bahwa waktu adalah serangkaian kejadian-kejadian yang kita lewati maupun yang akan kita hadapi. Seperti yang dikatakan Hasan Al bana bahwa waktu adalah kehidupan. Maka waktu tidak akan pernah lepas dari kita selama kita hidup. Sungguh beruntunglah orang yang melalu waktu-waktunya dengan bermanfaat, karena menurut Ibnul jauzi, waktu adalah harta yang paling mulia.

Berbicara mengenai waktu, berkali-kali Allah berfirman atas nama waktu. Demi dhuha, demi fajar, demi subuh, demi cahaya merah pada waktu senja, demi malam, demi siang, dan demi masa. Firman Allah yang berulang kali atas nama waktu menunjukkan bahwasanya betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia.

Sudah menjadi bukti sejarah bahwa Islam mengalami masa keemasan ketika ilmu begitu melimpah dan dituliskan dalam berjilid-jilid buku. penulisan kembali al-Quran dan al-Hadis juga menjadi bukti keandalan kaum Muslim untuk menyusun sebuah kitab yang tadinya tersebar dalam hafalan dibenak banyak orang kini menjadi sebuah karya yang terstruktur sebagai bagian dari karunia Allah Swt.

Sebuah karya tulis, terutama buku, memang akan menjadikan kita berbeda dengan yang lainnya. Bukan hendak mencari pengakuan dari orang lain, membentuk kesombongan diri, ataupun meletakan diri lebih diatas orang lain, melainkan sudah menjadi janji Allah untuk mengangkat derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Menulis bukanlah sebuah kerugian, melainkan sebuah keberuntungan yang tidak ternilai. Alangkah banyak orang yang  berharap ilmunya menjadi manfaat dan sebaik-baiknya manfaat adalah ilmu yang awet dan terus-menerus mencerahkan orang lain. Ilmu yang awet ada di dalam tulisan.

Jadi, mumpung kita masih diberikan waktu luang dan anugerah untuk menulis, manfaatkan lah waktu dan kesempatan menulis kita itu. Karena siapa tahu nanti tulisan kita dibaca dan menginspirasi. Tentu ini akan jadi manfaat yang baik bagi diri sendiri dan orang lain. Menulislah karena tulisan kita akan dibaca orang sampai kiamat.

Suara Pemred Kalbar, 7 Februari 2017

Share: 

3 komentar:

  1. sepakat. menulis adalah membuat rekam jejak.
    Selamat ya karyanya dimuat di media, mantabbb!!

    BalasHapus
  2. Tulisan yg mengisnpirasi. Selamat ya Bang Rahmat Menong.

    BalasHapus
  3. Wow, selamat ya atas dimuatnya tulisannya.

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda