Menulis adalah
momok bagi seorang yang bepikir tidak akan pernah bisa menulis. Bukan hanya
momok tapi sebagai beban jika pernah ditugaskan untuk membuat tulisan oleh
sekolah atau kampus. Menulis itu butuh ide, kesempatan dan waktu.
Pernah lihat orang
yang lemah, sakit misalnya? Tentu akan berdampak pada kegiatan lainnya. Karena
dalam sebuah pribahasa mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa
yang kuat. Pribahasa tersebut menurut saya memang banyak benarnya. Kenapa
banyak benarnya? Bagaimana mau melakukan kegiatan bila tubuh tidak sehat, lemah
dan lain sebagainya tentu juga akan berdampak pada kegiatan menulis kita. Kalo
sudah sehat tentu akan menghadirkan pikiran-pikiran yang segar yang akan
memberikan kualitas pada tulisan seseorang. Ide, kesempatan dan waktu adalah
tiga hal yang sangat berharga untuk menulis.
![]() |
Harian Suara Pemred Kalbar |
Pertama pada ide.
Berbicara tentang ide itu tak lepas dari inspirasi dan pengalaman seseorang.
Inspirasi bisa di dapatkan dari pengalaman, berbicara dengan orang lain dan
membaca buku. Kalo saya sendiri untuk mendapatkan insipirasi atau ide dalam
menulis saya biasanya melakukan hal-hal tersebut diatas.
Kita bisa pergi
ke suatu tempat untuk mendapatkan inspirasi. Cobalah untuk berjalan ke
tempat-tempat yang tenang dan rileks sejenak. Rasakanlah betapa luasnya dunia
ini. Beribadah dan mengingat Tuhan merupakan cara jitu untuk mendapatkan
inspirasi dalam menulis. Berdialog atau bertanya dengan orang yang ahli adalah
sumber dari pengetahuan. Merasa seperti gelas kosong dan selalu ingin diisi
oleh air. Selain bertanya, membaca juga merupakan hal yang sangat penting untuk
menulis. Ada satu buku yang pernah saya baca, bahwa, penulis yang baik adalah
pembaca yang baik pula. Maka sudah sepatutnya kita ini membaca buku.
Berbicara
tentang buku, tentu tak bisa dilepaskan dari dunia literasi. Membaca dan
menulis adalah kegiatan yang berhubungan dengan buku. buku adalah jendela
dunia, dengan buku kita bisa melihat dunia dan berbagai macam ragam pengetahuan
serta kita bisa berinteraksi dengan para pemikir-pemikir hebat jaman dahulu.
Hampir
ditiap peradaban, mempunyai catatan-catatan literatur, yaitu berupa manuskrip-manuskrip
atau buku. karena dengan bukulah seseorang atau peradaban akan dikenal hingga
masa kini.
Namun,
tak bisa kita pungkiri dengan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia saat
ini, sedikit sekali yang menyadari bahwa betapa pentingnya membaca buku.
Kedua pada
kesempatan. Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin pesat. Tentu seseorang
dituntut untuk selalu bergerak demi memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Di
jaman ini, tentu seseorang semakin hari semakin sibuk. Jangankan mau menulis,
mungkin membaca saja tidak sempat. Untuk itu, bila ada kesempatan untuk
menulis. Menulislah.
Bagi mahasiswa,
membuat tugas akhir kuliah adalah bekerja untuk keabadian. Skripsi kita tentu
akan dibaca orang sampai kiamat. Seorang dosen pernah berkata, jika menulis
skripsi, tulislah sebaik mungkin, karena tulisan berupa skripsi ini bakalan
dibaca oleh adik-adik mahasiswa lainnya sampai kiamat nanti.
Ketiga pada waktu.
Dalam pepatah Barat, waktu adalah uang. Pepatah Arab, waktu adalah pedang. Bagi
saya, waktu adalah sesuatu yang urgen dan perlu dimanfaatkan sebaik mungkin. Karena
waktu tak dapat diulang kembali, maka sebaiknya kita rawat dan manfaatkan
sebaik-baiknya. Dalam Islam, waktu itu sangatlah berharga.
Dapat kita simpulkan bahwa waktu adalah
serangkaian kejadian-kejadian yang kita lewati maupun yang akan kita hadapi.
Seperti yang dikatakan Hasan Al bana bahwa waktu adalah kehidupan. Maka waktu
tidak akan pernah lepas dari kita selama kita hidup. Sungguh beruntunglah orang
yang melalu waktu-waktunya dengan bermanfaat, karena menurut Ibnul jauzi, waktu
adalah harta yang paling mulia.
Berbicara mengenai waktu,
berkali-kali Allah berfirman atas nama waktu. Demi dhuha, demi fajar, demi
subuh, demi cahaya merah pada waktu senja, demi malam, demi siang, dan demi
masa. Firman Allah yang berulang kali atas nama waktu menunjukkan bahwasanya
betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia.
Sudah menjadi
bukti sejarah bahwa Islam mengalami masa keemasan ketika ilmu begitu melimpah
dan dituliskan dalam berjilid-jilid buku. penulisan kembali al-Quran dan
al-Hadis juga menjadi bukti keandalan kaum Muslim untuk menyusun sebuah kitab
yang tadinya tersebar dalam hafalan dibenak banyak orang kini menjadi sebuah
karya yang terstruktur sebagai bagian dari karunia Allah Swt.
Sebuah karya
tulis, terutama buku, memang akan menjadikan kita berbeda dengan yang lainnya.
Bukan hendak mencari pengakuan dari orang lain, membentuk kesombongan diri,
ataupun meletakan diri lebih diatas orang lain, melainkan sudah menjadi janji
Allah untuk mengangkat derajat orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
Menulis bukanlah
sebuah kerugian, melainkan sebuah keberuntungan yang tidak ternilai. Alangkah
banyak orang yang berharap ilmunya
menjadi manfaat dan sebaik-baiknya manfaat adalah ilmu yang awet dan
terus-menerus mencerahkan orang lain. Ilmu yang awet ada di dalam tulisan.
Jadi, mumpung
kita masih diberikan waktu luang dan anugerah untuk menulis, manfaatkan lah
waktu dan kesempatan menulis kita itu. Karena siapa tahu nanti tulisan kita
dibaca dan menginspirasi. Tentu ini akan jadi manfaat yang baik bagi diri
sendiri dan orang lain. Menulislah karena tulisan kita akan dibaca orang sampai
kiamat.
Suara Pemred Kalbar, 7 Februari 2017
sepakat. menulis adalah membuat rekam jejak.
BalasHapusSelamat ya karyanya dimuat di media, mantabbb!!
Tulisan yg mengisnpirasi. Selamat ya Bang Rahmat Menong.
BalasHapusWow, selamat ya atas dimuatnya tulisannya.
BalasHapus