Pengalaman saya selama menjadi
mahasiswa itu yakni ketika saya pernah membuat cerpen, karya ilmiah, artikel
sampai skripsi. Dan yang seringnya nulis beberapa artikel di blog saya ini. Tak
banyak memang tulisan saya di blog ini. Tapi saya rasa untuk seukuran orang
yang ingin belajar nulis, di blog inilah tempat saya berkreasi, tentunya
melalui beragam tulisan yang saya buat.
Rasanya ingin sekali menulis
opini di koran, tapi masalahnya rasa
saya tidak pernah bergerak mencoba untuk menulis opini di beberapa media
lokal dan nasional. Keinginan memang ada, yang banyak itu tapi dan nantinya.
Padahal selama kurang lebih empat
tahun saya berlangganan koran dan kebetulan koran itu tiap harinya menyediakan
kolom opini dan pada hari Minggu biasanya disediakan kolom cerpen bagi
penulis-penulis untuk berkarya disitu.
Memang kalo menurut saya sangat
sedikit koran yang menyediakan kolom cerpennya terlebih lagi untuk sastra.
Sangat kurang. Dan menurut pengamatan saya, hanya ada dua koran saja yang ada
di Kalbar ini yang menyediakan kolom sastranya.
Untuk seukuran Provinsi Kalbar
yang kalo dibandingkan wilayahnya bisa seukuran enam provinsi di Pulau Jawa,
ditambah dengan DKI Jakarta. Tentu ini akan sangat sulit bagi penulis dalam
artian "berkarya". Terkecuali memang sudah terkenal atau yang nulis itu
tokoh-tokoh tertentu, lalu dimuatlah tulisannya di koran tersebut. Itu terjadi
secara terus-menerus dan itu-itu saja orangnya yang tulisannya di muat di
medianya. Walaupun tidak juga demikian.
Saya tidak merasa iri. Memang
tulisan-tulisan orang tersebut sangat berbobot dan saya akui itu. Apalagi untuk
seukuran saya yang baru belajar ini.
Kembali ke pengalaman selama nulis. Cerpen itu dibuat berdasarkan
kisah keseharian saya. Sebagai contoh salah satu cerpen saya yang pernah dimuat
di koran Harian Pontianak Post. Cerpen yang berjudul Gadis Berjilbab Hitam. Ini
adalah pengalaman saya ketika bertemu dengan mahasiswi adik kelas saya. Tak
sengaja saya bertanya padanya. Lalu terjadilah dialog mendalam. Belakangan,
saya ingat, ternyata gadis itu menggunakan jilbab hitam. Lalu terjadilah cerpen
seperti itu.
Soal karya ilmiah tak ada kalahnya juga. Saya diajarkan langsung
oleh Pak Yusriadi. Beliau adalah dosen FUAD IAIN Pontianak. Kebetulan beliau
juga adalah pembina Club Menulis IAIN Pontianak dan saya bernaung di Club tersebut.
Di Club tersebut saya diajarin
bagaimana menulis, terutama membuat makalah ilmiah. Dan memang setiap anggota
di wajibkan untuk ikut lomba menulis jika ada event lomba. Alhamdulillah berkat
bimbingannya, saya jadi tidak merasa gagal paham lagi ketika diminta buat karya
ilmiah. Bagi saya, menulis karya ilmiah itu tidak terlalu sulit. Terutama jika ada lomba
karya ilmiah yang berkaitan dengan salah satu topik tertentu.
Contohnya, ketika ada lomba
menulis ilmiah tentang maritim. Ya, kalo mau ikut lomba, mau tidak mau kita
harus riset kecil-kecilan dulu. Cari data sana sini. Belum lagi cari buku
referensi yang terkini. Diutamakan buku yang terbit ditahun saat ini juga.
Namun jika pun tak ada juga tak masalah. Intinya pada menulis ilmiah itu harus
dibuat sebaik mungkin dan bisa mempertanggung jawabkannya, dalam artian bisa
kita jelaskan kenapa kita menulis judul ini (yang kita buat).
Artikel adalah pandangan penulis tersebut. Ditambah dengan teori
dan beberapa data pendukung lainnya. Tapi ini menurut saya saja loh, silahkan dicari
apa defenisinya. Pengalaman nulis artikel itu, saya dapatkan ketika saat sedang
mengikuti lomba menulis artikel di Kemhan Pusat. Setelah saya cari defenisinya
di google, barulah saya dapat gambaran artikel ini seperti apa.
Saya kira tidak terlalu sulit
untuk menulis artikel. Disini kita bebas. Dalam artian bebas untuk menulis
beberapa kalimat menarik lainnya. Lalu kemudian, kita bisa tambahkan data-data
pendukung serta referensi pada buku-buku dan jurnal. Ingat apa yang dibilang
pak Yus, kebaruan referensi adalah hal yang bagus dalam mengikuti lomba
menulis, apalagi tulisan kita makin bagus, maka pasti kitalah sang juaranya.
Terakhir Skripsi. Ini bagi saya gampang-gampang susah. Saking
gampangnya saya sampai setahun lebih tidak selesai-selesai nulis yang satu ini.
Saking susahnya, saya rela-relain kerja dulu buat beli laptop. Skripsi saya off-kan dulu. Emang jika tidak di-off-kan mau bagaimana lagi? Saya kalo
mau pinjam laptop ke teman, teman mau gunakan juga. Pinjam ke tetangga,
pelitnya bukan kepalang. Tapi harus berpikir positif, barangkali tetangga itu
sangat perlu juga.
Tapi dengan melihat teman-teman
banyak yang sudah selesai. Ada yang sudah bekerja di Bank, kantoran, sekolah
S-2, buka usaha, dan yang tak kalah pentingnya sudah nikah. Dan saya masih
tetap seperti sedia kala. Menikmati ke-single-an.
Hidup ini berat bila dijadikan beban kawan. Tetaplah jadi yang terbaik dari
yang terbaik. Maaf jika ini agak menyimpang dari topik. Tapi ini penting untuk
saya sampaikan. Haha.
Itulah sekelumit pengalaman nulis
saya selama menjadi mahasiswa. Kalian boleh share tulisan ini (itu jika Anda
mau), dan tetap nulis tentunya.
Skripsi memang gampang2 syusyah. Tapi semakin dihindari makin nggak enakin hati. Skr sistem do, jadi mau nggak mau ya diselesein kalo nggak mau terusir secara hormat hehehe. ANggapsaja nyekripsi itu menulis data hasil riset. Biar menyenangkan. Semangat Mas :)
BalasHapusPengalaman nulis skripsi itu menyenangkan mbak. Hi.
HapusAmpun deh sama skripsi. :D
BalasHapusSkripsi itu syarat buat nyelesaikan S1. Mau tidak mau harus dikerjain.
HapusWew, ketika membicarakan tentang fiksi dan skripsi, yang kruindukan malah bangku sekolah. :p Maaf kalau nggak nyambung
BalasHapusSama saja. Intinya antara sekolah dan kampus itu adalah sama2 belajar.
HapusPengalaman yang lumayan panjang, ya, Mbak? :v
BalasHapusBanget mbak.
Hapus