Ada rumor di
masyarakatnya, bahwa kata orang sudah banyak orang yang sekolah tinggi-tinggi
bahkan banyak sarjana yang nganggur katanya.
Jadi untuk apa sekolah tinggi-tinggi bila tak bekerja. Rumor itu ia
tepis dan dianggapnya sebagai angin lalu. Toh, dia berkeyakinan kuat bahwa
setiap manusia pasti sudah diberi rejekinya oleh Tuhan. Ya, rezeki manusia tak akan pernah hilang,
tinggal kitanya saja sebagai mana usaha dan doanya.
Peran film,
sinetron, lagu dan sebagian media mainstream ternyata juga ikut dalam andil. Disajikan
data-data yang akurat. Betapa banyaknya sarjana yang nganggur. Lalu setelah
mengetahui itu kita lantas mengaminkan dan percaya bahwa dengan sekolah yang tinggi
kita tidak bisa bekerja nantinya, sebab persaingan banyak. Hello, kita sebelum
lahir saja udah bersaing dengan miliaran sperma. Masak harus takut bersaing.
Saya kira, ini
ada konspirasi di dalamnya. Ya, konspirasi menakut-nakuti supaya orang malas
sekolah. Kalau tak sekolah kita tentunya akan bodoh dan kalau bodoh sangat
mudah ditipu. Inilah permainan zionis, yang takut akan bangsa ini untuk sekolah
hingga ada yang menjadi cerdas. Untuk apa sekolah tinggi, bila tak kerja
katanya.
Jika berbicara
tentang pekerjaan, pekerjaan apa yang pas untuk anak lulusan SMP sepertinya?
Sebagai anak perempuan, sudah pasti membantu ibunya bekerja di rumah dan
membereskan pekerjaan rumah tangga misalnya.
Karena bekerja
merupakan ibadah. Maka, tidak sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Orang yang
bilang sarjana banyak yang nganggur itu, pasti mereka kurang mengerti makna
pendidikan. Ya, pendidikan dijadikan sebagai sarana untuk mencari kerja. Jika
pendidikannya tinggi, lulusan sarjana misalnya, dan belum bekerja, maka
siap-siap dicap sebagai sarjana yang pengangguran.
Orang gampang
sekali mengecap prilaku seseorang. Entah dari mana itu ceritanya, asal muasalnya,
sedikit saja mendapatkan informasi yang kurang terpercaya, akan disebarkan.
Penyebaran berita-berita yang melemahkan itu tentu lewat mulut ke mulut,
lalulah menyebar ke media social yang bisa menjadi viral di internet, lalu
media membuat berita-berita yang sungguh melemahkan semangat orang untuk
sekolah. Terekspos dengan baik, dibaca oleh orang, lalu diceritakan lagi oleh
orang lagi, bahwa ini buktinya sarjana itu banyak yang jadi pengangguran.
Entah apa
maksudnya bila pendidikan itu tidak penting. Toh kenapa pemerintah mau-maunya
menggelontorkan dana APBN paling banyak hanya untuk membiayai pendidikan.
Seperti sudah diketahui bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang
berpendidikan. Tentu ini sangat kentara dengan lulusan sarjana-sarjana di
negeri ini yang katanya banyak yang menjadi pengangguran alias tidak bekerja.
Hello, kamu
dimana saja selama ini? Apa kamu hanya menetap disekitarmu saja dan tidak
pernah melakukan perjalanan sama sekali. Jangan hanya dengar apa yang dikatakan
orang lain, tapi kita mesti tetap harus membuktikan keabsahan informasi yang
beredar tersebut. Kalau bahasa kerennya saat ini adalah hoax. Yaps, itu berita
tentang sarjana banyak yang ngaggur itu hoax.
Bisa kita
buktikan. Coba kita ketahui dari defenisi pengangguran itu apa. Pengangguran
adalah. Oh atau anggapan kalian sarjana yang nganggur dilihat dari kerjanya?
Mungkin si A baru saja lulus dari kampusnya ini, dan belum mendapati pekerjaan,
pantaskah kita mengecap ia sebagai pengangguran. Pantaskah kita mengecap ia
pemalas. Kalau dianggap pemalas, ya, kenapa ia bisa lulus kuliah? Bukankah
kuliah itu mengajarkan kita untuk rajin dalam segala hal. Kalian pasti pernah
merasakan ketika di sekolah. Apa yang diajarkan oleh guru kita tentang rajin
pangkal kaya. Belum lagi, bagi yang pernah merasakan sibuk dan penatnya masa
kuliah itu. Ampun deh sukarnya. Jangan harap kalau orang pemalas bisa jadi
mahasiswa. Jangan harap.
Kalau tidak
berguna lalu untuk apa pemerintah dan swasta repot-repot bangun sekolah.
Apalagi pada pihak swasta yang membuat pembelajaran yang keren dan kreatif dan
tentu masuk sekolah disini tidak mudah dan membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
Lalu untuk apa
sampai-sampai dunia mau mendirikan lembaga pendidikan seperti UNESCO Tujuan
organisasi ini adalah mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan
kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya. Itu pada level internasional, belum lagi pada
level nasional yang mana pada negeri kita tercinta ini yang sudah kita ketahui
itu adanya menteri pendidikan atau yang biasa disebut Dinas Pendidikan ditiap
kota provinsi dan kecamatan. Mau anggap pendidikan tidak penting lagi. Masihkah
kita bilang begitu. Atau memang kita tidak senang dengan orang-orang yang
sekolah atau kuliah. Ah, susah sekali menerka itu. Tapi kalau boleh dilirik,
itulah maksudnya. Memang ada orang yang tidak senang dengan orang yang
berpendidikan itu.
Memang benar, kalau
kita saksikan dunia pendidikan kita saat ini sangat berbeda dari yang
diharapkan. Bukan tanpa alasan kenapa orang takut untuk bersekolah atau bisa
mengatakan pendidikan itu tidaklah penting. Banyak koruptor dan penjahat yang
lulusan sarjana. Bahkan sampai yang bergelar profesor. Maraknya pemberitaan di
media pada kasus korupsi yang merugikan keuangan Negara yang jumlahnya sampai
triliunan rupiah. Kasus suap menyuap jabatan. Kita dapat saksikan pelakunya
adalah mereka yang merupakan orang berpendidikan.
Disisi lain,
akibat anggapan kerugian akibat korupsi itu. Coba bayangkan dana sebesar itu
bisa buat bangun gedung sekolah-sekolah yang ada di pedalaman dan pesisir serta
untuk gaji guru-guru kita yang nun jauh mengajar disana. Masih pantaskah kita
bilang bahwa sekolah itu tidak penting?
Dari berbagai
berita dan informasi yang telah kita dapati, hendaknya orang tua berpikir
panjang untuk menyekolahkan anak-anaknya. Belum lagi semakin hari biaya sekolah
bukannya murah, malah beban biaya pendidikan lebih tinggi daripada untuk makan
sehari-hari. Belum lagi bagi masyarakat
yang sangat jauh dari tempatnya sekolah, sangat kecil harapan mereka untuk
mengenyam pendidikan. Bagi mereka, sangat kecil harapan untuk bisa belajar dan
mengenyam ilmu pengetahuan di bangku kelas, bercengkrama dengan teman-teman
seumuran. Ah, sekolah hanyalah mimpi dan angan belaka.
Ada sebuah
cerita tentang perjuangan seorang yang ingin mengenyam pendidikan hingga
menjadi seorang sarjana. Bukan tanpa alasan, orang ini di desanya sangat sedikit
sekali orang-orang yang dapat mengenyam sekolah tinggi. Berbagai macam
alasanpun diketahuinya, mengapa sampai bisa banyaknya orang-orang di desanya
tidak mau sekolah.
Alasan pertama
karena memang di daerahnya ini hanya ada sekolah setingkat sekolah dasar saja.
Bisa dibayangkan, kalau di desa hanya punya SD saja. Dan diketahui juga,
desanya ini memang terlalu jauh untuk menyambung ke SMP kecamatan yang ada. Jarak
tempuh dari desa ke kecamatan yang hanya bisa dilalui jalur perairan, cukup
memakan waktu selama dua jam. Bisa dibayangkan betapa jauhnya jarak
jika ingin bersekolah.
Alasan kedua
karena sekolahnya terlalu jauh. Jadi kesempatan buat anak-anak sangat kecil
untuk bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Jika ada yang dapat
melanjutkan sekolah, itupun hanya bisa dilakukan oleh mereka-mereka yang mampu
saja.
Dari dua alasan
diatas, kita dapat melihat, pendidikan yang sangat dipentingkan oleh para
pejabat-pejabat dan pakar ahli. Apalagi ketika masa kampanye tiba, bermunculan
tawaran dan janji manis kepada masyarakat yang jika terpilih akan mendirikan
sekolah, yang jika dipilih akan menjadikan sekolah itu gratis dan tentu
disertai janji-janji yang lainnya.
Pendidikan sangat penting, tapi ilmu bisnis juga peting hehehe
BalasHapus