Sabtu, 08 Juli 2017

Seberapa Pentingkah Pendidikan Itu?

Ada rumor di masyarakatnya, bahwa kata orang sudah banyak orang yang sekolah tinggi-tinggi bahkan banyak sarjana yang nganggur katanya.  Jadi untuk apa sekolah tinggi-tinggi bila tak bekerja. Rumor itu ia tepis dan dianggapnya sebagai angin lalu. Toh, dia berkeyakinan kuat bahwa setiap manusia pasti sudah diberi rejekinya oleh Tuhan.  Ya, rezeki manusia tak akan pernah hilang, tinggal kitanya saja sebagai mana usaha dan doanya.

Memang desas-desus anti pendidikan sudah banyak ia dengar. Baik itu dari media cetak dan elektronik. Gunjingan dari orang-orang yang memang menganggap remeh pendidikan sampai pada sebuah lagu yang dinyanyikan oleh musisi terkenal. Semuanya menceritakan bahwa sekolah tinggi itu memang susah mendapatkan pekerjaan.

Peran film, sinetron, lagu dan sebagian media mainstream ternyata juga ikut dalam andil. Disajikan data-data yang akurat. Betapa banyaknya sarjana yang nganggur. Lalu setelah mengetahui itu kita lantas mengaminkan dan percaya bahwa dengan sekolah yang tinggi kita tidak bisa bekerja nantinya, sebab persaingan banyak. Hello, kita sebelum lahir saja udah bersaing dengan miliaran sperma. Masak harus takut bersaing.

Saya kira, ini ada konspirasi di dalamnya. Ya, konspirasi menakut-nakuti supaya orang malas sekolah. Kalau tak sekolah kita tentunya akan bodoh dan kalau bodoh sangat mudah ditipu. Inilah permainan zionis, yang takut akan bangsa ini untuk sekolah hingga ada yang menjadi cerdas. Untuk apa sekolah tinggi, bila tak kerja katanya.

Jika berbicara tentang pekerjaan, pekerjaan apa yang pas untuk anak lulusan SMP sepertinya? Sebagai anak perempuan, sudah pasti membantu ibunya bekerja di rumah dan membereskan pekerjaan rumah tangga misalnya. 

Karena bekerja merupakan ibadah. Maka, tidak sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Orang yang bilang sarjana banyak yang nganggur itu, pasti mereka kurang mengerti makna pendidikan. Ya, pendidikan dijadikan sebagai sarana untuk mencari kerja. Jika pendidikannya tinggi, lulusan sarjana misalnya, dan belum bekerja, maka siap-siap dicap sebagai sarjana yang pengangguran.

Orang gampang sekali mengecap prilaku seseorang. Entah dari mana itu ceritanya, asal muasalnya, sedikit saja mendapatkan informasi yang kurang terpercaya, akan disebarkan. Penyebaran berita-berita yang melemahkan itu tentu lewat mulut ke mulut, lalulah menyebar ke media social yang bisa menjadi viral di internet, lalu media membuat berita-berita yang sungguh melemahkan semangat orang untuk sekolah. Terekspos dengan baik, dibaca oleh orang, lalu diceritakan lagi oleh orang lagi, bahwa ini buktinya sarjana itu banyak yang jadi pengangguran.

Entah apa maksudnya bila pendidikan itu tidak penting. Toh kenapa pemerintah mau-maunya menggelontorkan dana APBN paling banyak hanya untuk membiayai pendidikan. Seperti sudah diketahui bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang berpendidikan. Tentu ini sangat kentara dengan lulusan sarjana-sarjana di negeri ini yang katanya banyak yang menjadi pengangguran alias tidak bekerja.

Hello, kamu dimana saja selama ini? Apa kamu hanya menetap disekitarmu saja dan tidak pernah melakukan perjalanan sama sekali. Jangan hanya dengar apa yang dikatakan orang lain, tapi kita mesti tetap harus membuktikan keabsahan informasi yang beredar tersebut. Kalau bahasa kerennya saat ini adalah hoax. Yaps, itu berita tentang sarjana banyak yang ngaggur itu hoax.

Bisa kita buktikan. Coba kita ketahui dari defenisi pengangguran itu apa. Pengangguran adalah. Oh atau anggapan kalian sarjana yang nganggur dilihat dari kerjanya? Mungkin si A baru saja lulus dari kampusnya ini, dan belum mendapati pekerjaan, pantaskah kita mengecap ia sebagai pengangguran. Pantaskah kita mengecap ia pemalas. Kalau dianggap pemalas, ya, kenapa ia bisa lulus kuliah? Bukankah kuliah itu mengajarkan kita untuk rajin dalam segala hal. Kalian pasti pernah merasakan ketika di sekolah. Apa yang diajarkan oleh guru kita tentang rajin pangkal kaya. Belum lagi, bagi yang pernah merasakan sibuk dan penatnya masa kuliah itu. Ampun deh sukarnya. Jangan harap kalau orang pemalas bisa jadi mahasiswa. Jangan harap.

Kalau tidak berguna lalu untuk apa pemerintah dan swasta repot-repot bangun sekolah. Apalagi pada pihak swasta yang membuat pembelajaran yang keren dan kreatif dan tentu masuk sekolah disini tidak mudah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Lalu untuk apa sampai-sampai dunia mau mendirikan lembaga pendidikan seperti UNESCO Tujuan organisasi ini adalah mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya.  Itu pada level internasional, belum lagi pada level nasional yang mana pada negeri kita tercinta ini yang sudah kita ketahui itu adanya menteri pendidikan atau yang biasa disebut Dinas Pendidikan ditiap kota provinsi dan kecamatan. Mau anggap pendidikan tidak penting lagi. Masihkah kita bilang begitu. Atau memang kita tidak senang dengan orang-orang yang sekolah atau kuliah. Ah, susah sekali menerka itu. Tapi kalau boleh dilirik, itulah maksudnya. Memang ada orang yang tidak senang dengan orang yang berpendidikan itu.

Memang benar, kalau kita saksikan dunia pendidikan kita saat ini sangat berbeda dari yang diharapkan. Bukan tanpa alasan kenapa orang takut untuk bersekolah atau bisa mengatakan pendidikan itu tidaklah penting. Banyak koruptor dan penjahat yang lulusan sarjana. Bahkan sampai yang bergelar profesor. Maraknya pemberitaan di media pada kasus korupsi yang merugikan keuangan Negara yang jumlahnya sampai triliunan rupiah. Kasus suap menyuap jabatan. Kita dapat saksikan pelakunya adalah mereka yang merupakan orang berpendidikan.

Disisi lain, akibat anggapan kerugian akibat korupsi itu. Coba bayangkan dana sebesar itu bisa buat bangun gedung sekolah-sekolah yang ada di pedalaman dan pesisir serta untuk gaji guru-guru kita yang nun jauh mengajar disana. Masih pantaskah kita bilang bahwa sekolah itu tidak penting?

Dari berbagai berita dan informasi yang telah kita dapati, hendaknya orang tua berpikir panjang untuk menyekolahkan anak-anaknya. Belum lagi semakin hari biaya sekolah bukannya murah, malah beban biaya pendidikan lebih tinggi daripada untuk makan sehari-hari.  Belum lagi bagi masyarakat yang sangat jauh dari tempatnya sekolah, sangat kecil harapan mereka untuk mengenyam pendidikan. Bagi mereka, sangat kecil harapan untuk bisa belajar dan mengenyam ilmu pengetahuan di bangku kelas, bercengkrama dengan teman-teman seumuran. Ah, sekolah hanyalah mimpi dan angan belaka.

Ada sebuah cerita tentang perjuangan seorang yang ingin mengenyam pendidikan hingga menjadi seorang sarjana. Bukan tanpa alasan, orang ini di desanya sangat sedikit sekali orang-orang yang dapat mengenyam sekolah tinggi. Berbagai macam alasanpun diketahuinya, mengapa sampai bisa banyaknya orang-orang di desanya tidak mau sekolah.

Alasan pertama karena memang di daerahnya ini hanya ada sekolah setingkat sekolah dasar saja. Bisa dibayangkan, kalau di desa hanya punya SD saja. Dan diketahui juga, desanya ini memang terlalu jauh untuk menyambung ke SMP kecamatan yang ada. Jarak tempuh dari desa ke kecamatan yang hanya bisa dilalui jalur perairan, cukup memakan waktu  selama dua  jam. Bisa dibayangkan betapa jauhnya jarak jika ingin bersekolah.

Alasan kedua karena sekolahnya terlalu jauh. Jadi kesempatan buat anak-anak sangat kecil untuk bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Jika ada yang dapat melanjutkan sekolah, itupun hanya bisa dilakukan oleh mereka-mereka yang mampu saja.

Dari dua alasan diatas, kita dapat melihat, pendidikan yang sangat dipentingkan oleh para pejabat-pejabat dan pakar ahli. Apalagi ketika masa kampanye tiba, bermunculan tawaran dan janji manis kepada masyarakat yang jika terpilih akan mendirikan sekolah, yang jika dipilih akan menjadikan sekolah itu gratis dan tentu disertai janji-janji yang lainnya.


Share: 

1 komentar:

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda