Jumat 03 Juni 2016
Tepat jam 10 pagi, aku pun sudah sampai di Sungai Kakap. bertepatan juga dengan tibanya kapal motor tumpangan ayah. Suasana begitu rame. Terutama dari pihak keluarga kami dan beberapa warga desa Sepok Laut. Mungkin karena akan menyambut bulan suci Ramadhan, jadi, sudah dipastikan akan sangat ramai masyarakat yang berbelanja di pasar Sungai Kakap. Pasar Kakap adalah tempat belanjanya warga desa Sepok Laut.
Hari ini ayah akan datang ke Kota
Pontianak, sudah bisa diketahui, pasti dari Sungai Kakap. kedatangannya hanya
untuk mengunjungi anak adiknya yang akan melaksanakan resepsi pernikahannya
pada tanggal 4-5 Juni 2016 di Sungai Adong, Kabupaten Kubu Raya.
Karena sudah menjadi rencana kami
sepekan sebelumnya, bahwa aku akan menjemput ayah di Sungai Kakap dan langsung
menuju ke Sungai Adong dengan menggunakan sepeda motor yang aku pinjam dari
seorang teman.
Tepat jam 10 pagi, aku pun sudah sampai di Sungai Kakap. bertepatan juga dengan tibanya kapal motor tumpangan ayah. Suasana begitu rame. Terutama dari pihak keluarga kami dan beberapa warga desa Sepok Laut. Mungkin karena akan menyambut bulan suci Ramadhan, jadi, sudah dipastikan akan sangat ramai masyarakat yang berbelanja di pasar Sungai Kakap. Pasar Kakap adalah tempat belanjanya warga desa Sepok Laut.
Santai sejenak. Tak lupa ku
salami ayah. Kami pun singgah makan di warung makan pinggir pelabuhan Sungai
Kakap. setelah makan, kami pun langsung tancap gas dan segera menuju Sungai
Adong dengan melewati jalan Kota Pontianak.
Di jalan kami bicara banyak hal,
selain hendak silaturahmi ke tempat keluarga, ayah juga berencana untuk
menyekolah adikku melanjutkan ke sekolah tingkat SMA, dan hendak di titipkan ke
rumah salah satu adiknya di Rasau Jaya.
Tak terasa sudah jam 11: 25 WIB.
Sampai di Masjid Mujahidin Kalbar. Aku dan ayah akan segera sholat Jumat di
masjid yang terbesar di Kalbar tersebut. Saya yakin, ayah pasti bangga karena
sudah pernah sholat di masjid ini. tentu ini juga akan menjadi cerita menarik
baginya. Kebetulan juga khatib yang berkhutbah adalah Syekh Ali Jabber.
Usah sholat pukul 12: 40 WIB.
Kami pun langsung melanjutkan perjalanan ke Sungai Adong dan tiba di rumah
keluarga pukul 14:00 WIB. Agak lama sampe ditujuannya karena saya yang bawa
motor lumayan tidak terlalu kencang.
Saat itu juga, hapeku mendapat
kiriman sms, bahwa aku segera ditunggu rapat. Tentu saja tidak bisa saya penuhi
undangan rapat tersebut. Selain tidak ada konfirmasi, rapatnya juga dibilang
mendadak. Mending saya temanin ayah yang jauh-jauh datang dari kampung. Kebetulan
saya juga tidak punya duit buat beli pulsa. Sms tersebut tidak saya balas.
Pukul 17: 15 WIB, aku harus pergi
meninggalkan ayah di rumah adiknya. Walaupun aku dilarangnya untuk tinggal
sejenak dan pulangnya nanti pagi atau malam saja, tetap saja aku harus pulang.
Mau juga aku menemani ayah disini, tapi karena motor yang aku pinjam segera
akan ku kembalikan, maka dengan terpaksa aku tinggalkan ayah disana. Maafkan
anakmu ini ayah. insyaAllah bila punya motor sendiri nanti kita jalan-jalan
keliling Pontianak dan jika aku kaya, kita akan keliling dunia.
Sabtu, 04 Juni 2016.
Pagi jam jam 07:00 WIB, aku ada
kuliah, membosankan harus masuk kelas, karena begitu banyak teman-teman saya
yang sudah kelar kuliahnya. Itulah mata kuliah yang tidak lulus semester yang
lalu.
Pulang ke kampus jam 10:00, aku
langsung ke perpustakaan Kota Pontianak hingga menjelang sholat zuhur, aku
pulang, usah sholat, ternyata aku langsung ketiduran hingga jam setengah tiga
sore. Ya Allah aku lupa akan pergi ke Sungai Adong hari ini. padahal aku
janjinya datang siang hari. Ternyata aku sudah mengecewakan ayahku.
Lagi-lagi dengan motor pinjaman.
Aku langsung tancap gas menuju ke rumah adik ayahku. Adzan ashar, sholat di
masjid IAIN Pontianak, usai sholat lanjutkan perjalanan lagi, hingga tiba ke
tempatnya pukul lima sore.
Makan. Lalu bercengkrama dengan
keluarga disana. Ternyata aku sudah tidak bisa lagi ketemu dengan sang bibiku
yang sudah terlanjur pulang ke rumahnya. Disini aku berdiam sampai sholat
maghrib.
Tiba-tiba dihape pinjaman aku ini
berbunyi sms, bahwa motor segera akan di pake pemiliknya. ayah sebenarnya ingin
ditemanin tidur disini, tapi lagi-lagi aku mengecewakannya. Aku harus segera
pulang. Ayah sebenarnya ingin ikut, tapi tak aku gubris, karena dengan berbagai
alasan dan pertimbangan aku tolak. Maaf ayah aku tak bisa menemanimu malam ini
lagi di Sungai Adong.
Minggu, 05 Juni 2016.
Bangun pagi seperti biasa. Hari
ini ayah akan pulang, aku lagi mikir, motor siapa lagi yang harus aku pinjam
untuk menjenguk ayah disana. Ternyata dapat juga motor pinjamannya. Kali ini
motor matic, aku langsung menuju Sungai Kakap untuk menunggu ayah disana.
Jam delapan pagi aku sudah tiba
di Sungai Kakap. aku cari motor es yang biasa bawa es ke desaku dan kebetulan
ketemu dengan paman. Sambil bertanya, ternyata ayahku tidak ada disana. Aku
kira ini candaan mereka, aku tak percaya sama sekali. Mutar-mutar keliling pasar
Kakap, tak jua aku temui gerangan ayahku. Tanya lagi paman yang duduk di kapal,
dia bilang, kan kamu akan menjemput ayahmu jam lima subuh.
Aduh, aku tak tahu sungguh, bahwa
ayah pernah bilang bahwa beliau minta jemput olehku jam lima subuh. Kalo aku
tahu, maka sudah pasti aku akan menjemputnya segera. Aku kira dia sudah ada di
Kakap, ternyata masih di Sungai Adong.
Singkat cerita, langsung saja aku
tancap gas dengan membawa motor pinjamanku dari Sungai Kakap ke Sungai Adong
dengan waktu tempuh sekitar satu jam setengah. Tepat jam sepuluh, aku sampai di
Sungai Adong dan langsung bertanya kepada paman disana, apakah ayahku masih ada
di rumahnya.
Ternyata, ayah sudah pulang satu
jam yang lalu. Dia hanya diantar pake motor menuju terminal oplet saja. Ya,
ayah naik oplet dari Sungai Adong menuju ke Kakap. Alasan ayah naik oplet
adalah untuk mengejar kapal es yang akan pulang ke kampung tepat jam 11
siangnya, dan lagian pula, sore dia akan berziarah makam kakek.
Sudah dipastikan terlambat untuk
tiba di Kakap tepat jam 11, karena kalo oplet begitu lama, jauh tempuh juga
terasa susah. Bayangkan ayah terpaksa naik oplet dengan empat kali singgah
terminal. Sudah bisa dibayangkan kalo untuk menunggu tiap terminal tentu akan
terasa lama sekali.
Mendengar kabar tersebut,
langsung saja ku mencari ayah ditiap-tiap terminal di sudut-sudut kota. Tak ada
ayah ditiap terminal pertama, begitu juga dengan terminal kedua, ketiga hingga
ke terminal keempat.
Adzan zuhur berkumandang, tak jua
kutemui ayah. Usai sholat tak lagi ditemui. Kupustuskan langsung ke Kakap. Dengan
terik panas yang begitu menyengat. Haus ditenggorokan. Perut keroncongan.
Dompet yang tipis. Uang yang pas-pasan hanya untuk mengisi bensin. Tetap ku
cari ayah disetiap oplet-oplet yang melintas. Tak jua kutemui. Lelah disetiap badan.
Ayah dimana dirimu?
Jadi kesimpulanya sampe sekarang kamu belum menemukan ayahmua ?
BalasHapusItu hanya cerita disaat saya kebingungan mencari ayah yg hendak saya jemput. Tapi beliau sudah naik angkutan umum dan saya mencarinya di angkutan umum tidak ketemu juga, sampainya di pelabuhan, barulah kami bertemu lagi.
Hapus