Tim peneliti secara tidak sengaja menemukan empat gunung berapi tidak aktif di bawah laut lepas pantai Sydney, Australia.Tim dari badan ilmu pengetahuan nasional Australia (CSIRO) menemukan hal ini saat mencari tempat berkembang biak udang larva.
Sekelompok gunung berapi tersebut diperkirakan berumur sekitar 50 juta tahun.
Para
peneliti mengatakan temuan ini kemungkinan akan memberikan sejumlah
jawaban tentang bagaimana Australia berpisah dari Selandia Baru. Gunung ini ditemukan sekitar 250 km lepas pantai Sydney.
"Ini adalah untuk pertama kalinya gunung berapi ini terlihat," kata ahli gunung berapi Richard Arculus kepada kantor berita AFP.
"Kami lebih mengetahui topografi permukaan Mars dibandingkan bumi sendiri karena tidak adanya hambatan air."
"Saya pikir setiap kita memperhatikan dasar laut, kita melihat hal-hal yang tidak pernah disaksikan sebelumnya," kata Arculus.
Para ilmuwan mengatakan puncak gunung terbesar setinggi 700 m di atas dasar laut, dengan lubang kawah selebar 1,5 km.
Letusan gunung berapi di Australia terakhir kali terjadi lebih 5.000 tahun lalu.
(BBC Indonesia)
Baru-baru ini muncul sebuah fenomena retakan di dasar lautan yang
mengeluarkan lava, dan lava ini menyebabkan air mendidih hingga suhunya
lebih dari seribu derajat Celcius. Meskipun suhu lava tersebut luar
biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan walaupun
air laut ini berlimpah-luah, ia tidak bisa memadamkan api.
Allah bersumpah dengan fenomena kosmik unik ini. Firman-Nya: "Ada laut yang di dalam tanahnya ada api" (Qs. Ath-Thur 6).
Nabi SAW bersabda: "Tidak
ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau
orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan
terdapat api dan di bawah api terdapat lautan."
Ulasan Hadits Nabi
Hadits
ini sangat sesuai dg sumpah Allah SWT yang dilansir oleh Al-Qur’an
pada permulaan Surah Ath-Thur, di mana Allah bersumpah (Maha Besar Allah
yang tidak membutuhkan sumpah apapun demi lautan yang di dalam
tanahnya ada api "al-bahrul masjur." Sumpahnya:
"Demi
bukit, dan kitab yang ditulis; pada lembaran yang terbuka; dan demi
Baitul Ma'mur; dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di
dalam tanahnya ada api, sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak
seorangpun yang dapat menolaknya." (Qs. Ath-Thur: 1-8)
Bangsa
Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan
memahami isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya
ada api ini. Karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara”
sebagai menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau
mendidih. Sehingga dalam persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu
yang bertentangan. Air mematikan panas sedangkan panas itu menguapkan
air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan dapat hidup
berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah
satunya?
...tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks) yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat...
Persepsi
demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai
peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata). Apalagi didukung dengan
firman Allah SWT: "Dan apabila lautan dipanaskan" (QS. At-Takwir 6).
Memang,
ayat-ayat pada permulaan Surah At-Takwir mengisyaratkan
peristiwa-peristiwa futuristik yang akan terjadi di akhirat kelak, namun
sumpah Allah SWT dalam Surah Ath-Thur semuanya menggunakan
sarana-sarana empirik yang benar-benar ada dan dapat ditemukan dalam
hidup kita (di dunia).
Hal inilah yang mendorong sejumlah
ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata kerja “sajara”
selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata
menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan
“kaffa” (memenuhi dan menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan
penemuan makna dan arti baru ini karena makna baru ini dapat memecahkan
kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa Allah SWT telah
memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan memenuhi
bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap
secara berlebihan ke daratan.
Namun, hadits Rasulullah
SAW yang sedang kita bahas ini secara singkat menegaskan bahwa:
Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan.
Setelah
Perang Dunia II, para peneliti turun dan menyelam ke dasar laut dan
samudera dalam rangka mencari alternatif berbagai barang tambang yang
sudah nyaris habis cadangannya di daratan akibat konsumerisme budaya
materialistik yang dijalani manusia sekarang ini. Mereka dikejutkan
dengan rangkaian gunung berapi (volcanic mountain chain) yang
membentang berpuluh-puluh ribu kilometer di tengah-tengah seluruh
samudera bumi yang kemudian mereka sebut sebagai 'gunung-gunung tengah
samudera'.
Dengan mengkaji rangkaian gunung-gunung tengah
samudera ini tampak jelas bahwa gunung-gunung tengah samudera tersebut
sebagian besar terdiri dari bebatuan berapi (volcanic rocks)
yang dapat meledak layaknya ledakan gunung berapi yang dahsyat melalui
sebuah jaring retak yang sangat besar. Jaring retak ini dapat merobek
lapisan bebatuan bumi dan ia melingkupi bola bumi kita secara sempurna
dari segala arah dan terpusat di dalam dasar samudera dan beberapa
lautan. sedangkan kedalamannya mencapai 65 km. Kedalaman jaring retak
ini menembus lapisan bebatuan bumi secara penuh hingga menyentuh
lapisan lunak bumi (lapisan bumi ketiga) yang memiliki unsur bebatuan
yang sangat elastis, semi cair, dan memiliki tingkat kepadatan dan
kerekatan tinggi.
Bebatuan lunak ini didorong oleh arus
muatan yang panas ke dasar semua samudera dan beberapa lautan semacam
Laut Merah dengan suhu panas yang melebihi 1.000 derajat Celcius.
Batuan-batuan elastis yang beratnya mencapai jutaan ton ini mendorong
kedua sisi samudera atau laut ke kanan dan ke kiri yang kemudian
disebut oleh para ilmuwan dengan "fenomena perluasan dasar laut dan
samudera." Dengan terus berlangsungnya proses perluasan ini, maka
wilayah-wilayah yang dihasilkan oleh proses perluasan itupun penuh
dengan magma bebatuan yang mampu menimbulkan pendidihan di dasar
samudera dan beberapa dasar laut.
...meskipun sebegitu banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan air laut dan samudera....
Salah satu fenomena yang
mencengangkan para ilmuwan saat ini adalah bahwa meskipun sebegitu
banyak, air laut atau samudera tetap tidak mampu memadamkan bara api
magma tersebut. Dan magma yang sangat panas pun tidak mampu memanaskan
air laut dan samudera. Keseimbangan dua hal yang berlawanan: air dan
api di atas dasar samudera bumi, termasuk di dalamnya Samudera
Antartika Utara dan Selatan, dan dasar sejumlah lautan seperti Laut
Merah merupakan saksi hidup dan bukti nyata atas kekuasaan Allah SWT
yang tiada batas.
Laut Merah misalnya, merupakan laut
terbuka yang banyak mengalami guncangan gunung berapi secara keras
sehingga sedimen dasar laut ini pun kaya dengan beragam jenis barang
tambang. Atas dasar pemikiran ini, dilakukanlah proyek bersama antara
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Sudan, dan salah satu negara Eropa
untuk mengeksploitasi beberapa kekayaan tambang yang menggumpal di
dasar Laut Merah.
Kapal-kapal proyek ini melemparkan
stapler barang tambang untuk mengumpulkan sampel tanah dasar Laut Merah
tersebut. Stapler pengeruk sampel tanah itu diangkat dalam batang air
yang ketebalannya mencapai 3.000 m. Dan jika stapler sampai ke
permukaan kapal, tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena
sangat panasnya. Begitu dibuka, maka keluarlah tanah dan uap air panas
yang suhunya mencapai 3.000 derajat Celcius. Dengan demikian, sudah
terbukti nyata di kalangan ilmuwan kontemporer, bahwa ledakan gunung
vulkanik di atas dasar setiap samudera dan dasar sejumlah laut jauh
melebihi ledakan vulkanik serupa yang terjadi di daratan.
...terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi...
Kemudian
terbukti pula dengan beragam dalil dan bukti bahwa semua air yang ada
di bumi dikeluarkan oleh Allah SWT dari dalam bumi melalui
ledakan-ledakan vulkanik dari setiap moncong gunung berapi.
Pecahan-pecahan lapisan berbatu bumi menembus lapisan ini hingga
kedalaman tertentu mampu mencapai lapisan lunak bumi. Di dalam pisan
lunak bumi dan lapisan bawahnya, magma vulkanik menyimpan air yang
puluhan kali lipat lebih banyak dibanding debit air yang ada di
permukaan bumi.
Dari sini tampaklah kehebatan hadits Nabi SAW ini yang menetapkan sejumlah fakta-fakta bumi yang mencengangkan dengan sabda: <p>"Sesungguhnya di bawah lautan ada api dan di bawah api ada lautan."</p>
Sebab fakta-fakta ini baru terungkap dan baru bisa diketahui oleh umat manusia pada beberapa tahun terakhir.
Pelansiran
fakta-fakta ini secara detail dan sangat ilmiah dalam hadits
Rasulullah SAW menjadi bukti tersendiri akan kenabian dan kerasulan
Muhammad SAW, sekaligus membuktikan bahwa ia selalu terhubung dengan
wahyu langit dan diberitahui oleh Allah Sang maha Pencipta langit dan
bumi. Maha benar Allah yang menyatakan:
"Dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai
akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang
asli, sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat,
lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad
sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia
menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan” (QS. An-Najm 3-10)
Tidak
seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fakta-fakta ini kecuali
baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam
hadis Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang
menegaskan kenabian Muhammad SAW dan kesempurnaan kerasulannya.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Sumber:
https://www.facebook.com/notes/keajaiban-al-quran/mukjizat-al-quran-terungkap-ada-kobaran-api-di-dasar-laut/169011203183614 di akses pada tanggal 13 Juli 2015, pukul 23:04
BBC Indonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda