Potret Islam hybrid Pada Suku Asli Masyarakat Pedalaman Kalimantan Barat
Ketika saya mengikuti pertemuan di Club Menulis IAIN Pontianak. Pertemuan biasa di club setiap minggunya. Pada saat itu, pak Dr Yusriadi sedang memberikan ilmu dan pemaparannya tentang kiat-kiat menulis buku yang baik dan bermanfaat. Ketika Itu, saya mendapati banyak buku sekardus disamping bawah kursi saya. Spontanitas saya ambil buku itu. Dan bukunya saya buka dan langsung saya baca.
Sebenarnya buku ini tidak untuk dibagikan karena buku ini akan diberikan pada orang yang akan berkunjung di kampus IAIN Pontianak nanti. Tapi sudah terlanjur saya buka dan di pegang, kata Pak Yus: "ya sudah tak mengapa, itu rezeki kamu Mat". Beliau memberikan pada saya buku ini. "Alhamdulillah makasih ya Pak". Buku yang di tulis oleh Pak Faisal Amin ini menggambarkan tentang isi kitab berladang yang diterbitkan oleh STAIN Press tahun 2013 dengan tebal 175 halaman.
Naskah Kitab Berladang berasal dari sebuah kampung di tepian hulu sungai Kapuas di pedalaman Kalbar. Kampung dikenal dengan nama Kampung Prajurit yang terletak di kecamatan putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. Pemilik naskah Kitab Berladang yang bernama H. Abang Iskandar Sabrie, seorang pensiunan pegawai negeri sipil. Beliau mendapati naskah ini dari warisan datok moyangnya yang bernama Abang Ahmad Taher. Ia adalah seorang bangsawan dari kerajaan Sanggau yang mengembangkan ajaran Islam di Putussibau.
Kitab Berladang yang berjumlah 27 halaman yang dipraktekkan oleh suku asli masyarakat Kapuas Hulu pada abad ke-19 ini, berisikan halaman 1 berisi tentang tawar atau mantra, halaman 2-10 berisikan tentang isyarat-isyarat berladang, halaman 10-11 berisikan tentang cara memilih tanah dan menbangun rumah, halaman 11-24 berisikan tentang obat, azimat, tawar dan timan-timang dan halaman 25-26 berisikan kembali tentang isyarat berladang.
Ini kitab nya.
Sampul depan Kitab Berladang dan bagian sedikit isi |
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda