Melihat Syarif Al
Idrus dan Istanya
Catatan sejarah mengenai Kubu Raya
seperti tertinggal pada satu bangunan tua berupa istana yang didirikan oleh
Syarif Al Idrus, seorang penyebar agama Islam dari Ar-Ridha Trim Hadramaut.
Syarif yang mengarungi lautan bersama 45 orang rekan dan tiba di Kubu Raya pada
17 Ramadhan 1144 Hijriah (1720M).
Rombongan Syarif Al Idrus sempat
berlabuh di Palembang, Semarang, Sukadana dan Mempawah. Akhirnya, mereka
mendirikan perkampungan baru di daerah Suka Pinang.
Kampung ini juga di diami penduduk
Dayak dan berkembang pesat dibidang perdagangan. Kemudian kampung ini di
pindahkan ke daerah Kubu saat ini,
Nama Kubu sendiri diambil karena
saat itu memang dibangun Kubu pertahanan dari kayu dan galian tanah, untuk
menghindari musuh dan gangguan dari bajak laut.
Benteng pertahanan ini cukup ampuh
menahan serangan musuh, sehingga penduduknya menjdi lengah dengan kekuatan
bentengnya. Suatu ketika, raja Syarif Id idrus tewas akibat serangan ta
kerajaan siak.
Putra mahkota, Syarif Muhammad,
menduduki tahta dan melanjutkan pengakuan pada pemerintahan Belanda, seperi
yang dilakukan Syarif Id Idrus.
Saudara kandungnya, Syarif Alwi bin
Id Idrus, menyatakan tidak setuju atas kejadian tersebut dan meninggalkan kota
Kubu menuju gunung Ambawang. Bersama rombongannya.
Secara terang-terangan ia
mengibarkan bendera Inggris sebagai pernyataan menentang Belanda. Syarif Alwi
dikejar-kejar Belanda, hingga ia sampai dan mendiami daerah jajahan Inggris di
Serawak.
Sementara itu kerajaan kerajaan Kubu
tetap di bawah jajahan Belanda. Raja terakhir Kubu, Syarif Hasan, pada zaman
Jepang diangkat menjadi ketua bestuur Komite.
Setelah Jepang bertekuk lutut pada sekutu,
Syarif Hasan dipilih rakyat menjadi self Bestuur kerajaan Kubu pada 1949-1958. Kerajaan
Kubu kemudian berakhir dan diserahkan kepada Pemerintahan Republik Indonesia.
Bangunan istana ini menjadi saksi
sejarah yang merekam jejak perkembangan Kubu Raya. Lokasi istana berada di
kecamatan Kubu dan Teluk Pakedai.
Meski tampak sudah rapuh, arsitektur
bangunan masih menampilkan kejayaan istana, yang menjadi daya pikat bagi para
pelancong yang datang. Kebanyakan dari etnis Melayu, yang sering berkunjung dan
berziarah ke situs wisata bersejarah di kerajaan Kubu itu.
Istana ini juga menjadi satu situs
sejarah yang tertua dan mampu mengundang para peneliti sejarah dari luar
negeri. Terutama mereka yang ingin melihat perkembangan agama Islam dan budaya
Melayu.
(Sumber: Koran Pemred Pontianak edisi selasa 16 September 2014)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda