Selasa, 18 Maret 2014

Lesuji

Tradisi Masyarakat Bugis Desa Sepok Laut, Sungai kakap kabupaten Kubu Raya
A.    Tradisi Lesuji 
Tradisi Lesuji adalah tradisi yang dilakukan oleh orang-orang Bugis. Khususnya di kampung Teluk Harapan,  Desa Sepuk Laut  hampir tiap tahunnya ataupun juga tiga tahunan sekali dalam melaksanakan adat ini, jika mampu maka dilaksanakan tiap tahun namun, jika tidak mampu dalam hal biaya boleh dilaksanakan tiga tahun sekali. Karena memerlukan barang yang lumayan mahal karena banyak bahan-bahannya diantaranya: 
1.      Kemenyan 
2.      Minyak Bauk 
3.      Bereteh Beras Kuning 
4.      Pulut empat jenis warna 
5.      Telur ayam 
6.      Telur ayam rebus 
7.      Ayam panggang 
8.      Anak ayam yang masih hidup 
9.      Pisang Berangan 
10.  Air mium 
11.  Air basuh tangan 
12.  Lilin putih 
13.  Lapis piring menggunakan daun 
14.  Gendang dua buah 
15.  Satu anak becing (sejenis tamborin) 
16.  Bambu yang telah dibelah menjadi tujuh bagian 
17.  Benang tujuh warna 
18.  Dan Ancak

Untuk bisa melaksanakan ritual ini (Lesuji) , ditunjuklah orang yang ahli dalam bidang ini (biasanya seorang dukun yang  teruji kemahirannya). Dibacakanlah beberapa mantra dan doa-doa  khusus. Kegiatan ritual adat Bugis identik dengan ajaran Islam karena biasanya ketika melaksanakan kegiatan ritual adat biasanya membaca doa-doa selamat juga biasanya membaca albarzanji.  

Ini hanya adat turun-temurun yang dilakukan orang Bugis, khususnya masyatakat kampung Teluk Harapan, desa Sepuk Laut. Jika tidak dillaksanakan tak mengapa dan tak ada beban dalam tradisi ini dan hanya sebagai penjaga warisan leluhur nenek moyang saja. 

B.     Penjelasan tantang bahan-bahan 

Kemenyan digunakan sebagai pembuat asap untuk memberikan suasana yang harum. Pun juga setanggi digunakan sebagai pengharum ruangan  (Setanggi (bahasa Latin: dibakar) terdiri daripada bahan biotik harum, yang membebaskan asap harum apabila dibakar. Istilah setanggi merujuk kepada bahan itu sendiri, bukannya bau yang dihasilkan. Ia digunakan dalam istiadat keagamaan, upacara penyucian, aromaterapi, meditasi, bagi menghasilkan suasana kerohanian, dan menyembunyikan bau kurang enak.

Banyak upacara keagamaan dan penyucian diri menggunakan setanggi, perlakuan yang kekal sehingga hari ini. Setanggi turut digunakan dalam perubatan dan bagi nilai aesthetiknya. Bentuk setanggi berbeda menurut kemajuan teknologi budaya pengguna, dan kepelbagaian sebab ia dibakar.[1] Minyak bauk digunakan sebagai pengoles telur, pinang dan juga untuk buang-buang, bereteh beras kuning untuk ditaburkan saat setelah selesai lesuji dan pada saat proses buang-buang dilakukan. Pulut (ketan empat  jenis warna yaitu merah, putih, kuning, hitam). Warna merah melambangkan  tentang sifat keberanian seseorang, warna putih yaitu melambangkan kesucian dan kebersihan dimana jika anggota keluarga sudah melaksanakannya dikatakan bersih, warna kuning, melambangkan  tentang sifat kerajaan, hitam mengambarkan sesuatu dari tanah sebab, manusia diciptakan Allah swt dari tanah melalui perantara orang tua. Telur rebus diletakkan diatas pulut empat warna tersebut, ayam panggang, air minum, air putih untuk siram muka, lapis piringnya pakai daun baruk (semacam daun bakau yang terdapat di daerah Sepuk Laut)  sebagai bahan lesuji, lilin putih sebagai penerang, dua jenis gendang   yang digunakan untuk memainkan musik juga anak becing (seperti tamborin) yang dimainkan pada saat bersamaan memainkan dua gendang, selanjutnya benang tujuh warna sebagai pengikat bambu yang sudah dibelah tujuh, bambu dililit  keliling dengan benang  tersebut. Ancak adalah proses terakhir dari pelaksanaan lasuji ini, ancak terbuat dari daun pelepah kelapa yang sudah dikelupas biasanya ancak diletakan atas sungai ataupun digantung di tepi parit. 

C.    . Sejarah Lesuji 
Bermula dari masuknya orang Bugis di Kalimantan Barat bermula dari kedatangan Daeng Mataku yang menikah dengan Ratu Malaya, salah seorang anak Pangeran Agung dari Kerajaan Sukadana. Daeng Mataku ini pernah membantu menyerang Istana Sultan Zainuddin; pada tahun 1710 atas suruhan Pangeran Agung, saudara kandung Zainuddin. Karena jasanya itu, Daeng Mataku diangkat menjadi panglima. Keturunan Daeng Mataku kini tersebar di daerah Sukadana dan sekitarnya.

Atas permintaan Sultan Zainuddin untuk mengatasi perang saudara di kerajaannya, kemudian datang pula Upu Daeng Manambon asal Luwuk bersama saudara-saudaranya, Upu Daeng Merewah, Upu Daeng Perani, Upu Daeng Celak dan Upu Daeng Kemasi. Mereka berhasil memenangi perang tersebut. Upu Daeng Manambon kemudian digelari Pangeran Emas Surya Negara dan menikahi Puteri Kesumba, anak Sultan Zainuddin dengan Utin Indrawati dari Kerajaan Mempawah. Daeng Menambon kemudian menggantikan Panembahan Senggauk sebagai raja di Mempawah[2].

Dalam perkembangannya, orang Bugis kini tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Barat dan membaur dengan etnis lain yang ada, terutama Melayu sampailah ke desa Sepuk Laut pada akhirnya
Sejarah Lesuji ini merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Bugis khususnya di Kampung Teluk Harapan Desa Sepuk Laut  hampir tiap tahun atau tiga tahun sekali dalam pelaksanaannya dalam suatu keluarga. Konon menurut orang yang dituakan (Daeng Menong)  katanya, tradisi ini berasal dari Nabi Sulaiman saw. Namun, sejarah membuktikan Lesuji ada sejak kedatangan suku Bugis di Kalimantan Barat yang pada saat itu orang-orang Bugis mendarat di Sukadana Kayong Utara lalu menyebar sampai keseluruh pelosok Kalimantan Barat hingga akhirnya sampai juga di Kampung Teluk Harapan Desa Sepuk Laut Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. 

D.    Mengapa harus ada Lesuji? 
Disamping tradisi, Lesuji juga dapat dipercaya sebagai pengobatan, dan juga penghilang rasa angkuh seseorang. Dengan ini juga anggota keluarga yang sudah melaksanakan kegiatan seperti ini dipercaya dapat menghilangkan stres, marah dan juga sombong. Namun, jika dalam pelaksanaannya ada kesalahan dan kekurangan  maka salah satu anggota keluarga akan ada kerasukan. Biasanya kalau ada kesalahan dalam ritual ini ada saja salah satu keluarga yang menjerit kesakitan karena kerasukan makhluk halus. Ini bagi yang mempercayai sepenuhnya adat ini dan meyakini sepenuh hati jika tidak diyakini tidak akan terjadi apa-apa.

Jika belum juga bisa melaksanakannya dapat digantikan sementara dengan cara buang-buang. Berbuang merupakan adat yang masih diamalkan karena, karena untuk menghindari bahaya, misalnya akan melahirkan agar lancar biasanya warga juga mengadakan ritual berbuang. Demikian, apabila sakit tidak sembuh-sembuh mereka juga melakukan ritual berbuang. Berbuang biasanya dengan mengumpulkan sesaji ke sungai, parit, bahkan juga hutan.[3] 

E.     Manfaaat melaksanakan Lesuji 

Tujuan untuk melaksanakan  kegiatatan Lasuji ini selain untuk menjaga kelestarian budaya-budaya Islam lokal khususnya pada tradisi Lasuji ini. Kegiatan ini juga mengundang para kerabat, teman juga tetangga terdekat dirumahnya. Jadi dapat  memberikan nilai silahturahmi bagi masyarakat sekitar. Namun belakangan ini adat Bugis sudah jarang ditemukan karena masyarakatnya sudah melupakan semua walaupun ada sebagian orang yang melestarikannya namun, kita tetap saja harus ikut andil dalam menjaga khazanah budaya lokal kita karena ini merupakan warisan leluhur nenek moyang kita. Dapat kita bayangkan jika budaya kita yang sudah lama dipertahankan hilang begitu saja akibat pengaruh budaya luar yang sangat tidak pas bagi kondisi dan situasi kita saat ini.

Selain iu juga terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam melaksanakan ritual lesuji ini yaitu mengandung nilai spiritual dimana adat Lesuji ini merupakan perwujudan dari Tuhan yang maha Esa, mengandung,nilai social, nilai sosial yang terdapat dalam upacara Lesuji ini dapat dilihat dari keterlibatan seluruh anggota keluarga untuk mencapai kesuksesan dalam melaksanakan upacara Lesuji, mulai dari persiapan hingga melaksanakan upacara Lesuji ini. Nilai kerjasama,tolong menolong merupakan sesuatu yang bermakna dari masyarakat karena upacara Lesuji ini tidak hanya dilakukan oleh satu anggota saja tetapi juga melibatkan semua masyarakat sekitar.







[1] www.wikipedia.com
[2] www.portal Bugis.com
[3] Pemerintah Kabupaten Ketapang, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda