Selasa, 19 Januari 2016

Sahabat

Enak sekali bisa berjalan ke Turki. Sebuah negara yang terletak antar dua benua Asia dan Eropa. Aku melihat pemandangan yang elok disana. Asyik, bisa mengunjungi Masjid Aya Sophia yang saat ini katanya menjadi museum, dan beberapa peninggalan sejarah lainnya. Tak lupa disini aku juga mengetahui secara langsung tentang sejarah ulama Badiuzzaman Said Nursi, seorang ulama kontemporer yang dikenal saat Perang Dunia 2. 
 
Begitu asyiknya. Lelah pasti. Akhirnya aku pulang ke tempat di penginapan di salah satu hotel terkenal di kota Turki. Melepas lelah. Mata pun terlelap dalam mimpi. Tiba-tiba ada yang ngetokin pintu kamar hotel. Ah, aku kira dia petugas hotel yang memanggil, sambil bicara “Bang Rahmat ade yang nyarik”. Aku heran, kok di Turki ini ada yang bisa bahasa Pontianak? Aku ini di Turki. Luar negeri. “Ah, mane mungkin ade orang yang bise ngomong bahasa logat orang Pontianak. Sinikan di Turki”.
 
 
 
Berkali-kali memanggil.Ternyata itu benar. Aku bangun dari terlelap. Mimpi yang membawaku ke Turki. Tetangga kos sebelah bilang, bahwa ada yang mencari. Aku melihat jam di hape, ternyata sudah jam setengah satu pagi. “Wah, siapa pulak tengah malam seperti ini”? Tanyaku pada teman yang membangunkanku dari mimpi ke Turki. "Dak tahu juga bang, katenye maok cari abang Rahmat" Jawabnya tidak tahu.
 
Aku bergegas keluar kamar, melihat dan tentunya penasaran siapakah gerangan tengah malam-malam begini datang, yang hanya untuk menemuiku. Sebegitu pentingnyakah aku hingga rela orang menemui diri ini ditengah malam tepat jam setengah satu?. Entahlah.
 
Aku mengusap muka. Melihat dia dari kejauhan. Kurang jelas memang, karena mataku sudah agak rabun. Belum sempat aku menyapa, dia sudah duluan menyapa, menanyai kabar, menanyai segala aktivitas yang telah dilakukan dan lain sebagainya. Di saat samar-samar pemandangan itu, aku melihat sahabat lamaku. Siapa lagi kalau dia adalah teman sekelasku waktu di Aliyah, bahagia rasanya karena bisa bertemu, setelah hampir tiga tahun tidak berjumpa.
 
Kali ini cukup berbeda dari biasanya. Beberapa tahun yang lalu, dia berkunjung dengan menggunakan sepeda motor. Kali ini dia pake mobil yang dia beli dari hasil keringatnya sendiri. Luar biasa sahabatku yang satu ini. Sukses kuliahnya. Sukses juga usahanya. Subhanallah, aku berdecak kagum di kedatangannya.
Setelah datang, sambil berbincang-bincang, akhirnya kami memutuskan untuk mencari warung kopi. Minum kopi sambil bercerita tentang masa-masa “kekonyolan” ketika saat duduk di bangku Aliyah dulu. Juga bercerita tentang aktivitas kuliah masing-masing.
 
Melanjutkan cerita lagi, kami berpindah tempat untuk mencari makan. Warung Lamongan adalah pilihan, karena malam-malam jarang sekali ada Rumah Makan yang buka. Di Lamongan kita juga banyak bercerita, termasuk menanyai tentang cerita-cerita yang aku tulis baik itu di facebook ataupun di blog.
Bercerita tentang masa lalu, menanyai kegiatan saat ini, dan merencanakan masa depan adalah hal yang kami bicarakan juga, walaupun pengalamanku tidak sekeren dia, tapi dia cukup takjub dengan perubahanku yang secara signifikan sangat fantastis baginya.
 
Diakhir penutup, tepat jam dua subuh, kita memutuskan untuk menyudahi perbincangan yang hangat tersebut. Setelah membayar, dia pun mengantarku di rumah. Memang sejak dari awal jumpa naik mobilnya, hingga pulang dengan mobil tersebut, selalu ada cerita khas yang kami bahas. Sesampainya di rumahku, dia pun memutuskan untuk langsung kembali di rumahnya. Percakapan pun berhenti, seiring menjauhnya mobil yang dikendarainya, suasana semakin sunyi, sesunyi malam ini.
 
Pontianak, 02 Desember 2015.


Share: 

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda